WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkap fakta lain mengenai Indonesia.
Ternyata, posisi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk AS di Washington DC telah kosong hampir dua tahun.
Baca Juga:
31 Dubes RI Resmi Dilantik di Istana, Ini Daftar Namanya
Saat ini, Indonesia belum memiliki Dubes di AS sejak Rosan Roeslani menyelesaikan masa jabatannya pada 17 Juli 2023.
Rosan mundur dari posisinya karena diangkat sebagai Wakil Menteri BUMN oleh Presiden Joko Widodo.
Menurut laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), hingga saat ini sudah ada 21 orang yang pernah menjabat sebagai Dubes RI di Washington DC.
Baca Juga:
Sumbar Jajaki Kerja Sama Pendidikan dan Pariwisata dengan Romania
Pada era Presiden Soekarno, lima nama mengisi jabatan itu: Ali Sastroamidjojo, Moekarto Notowidigdo, Zairin Zain, Lambertus Nicodemus Palar, dan Suwito Kusumowidagdo.
Di masa Presiden Soeharto, sembilan tokoh pernah menempati posisi tersebut, yaitu Soedjatmoko, Syarief Thayeb, Roesmin Noerjadin, Ashari Danudirdjo, Hasnan A. Habib, Soesilo Soedarman, Abdul Rahman Ramly, Arifin Siregar, dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.
Pada era Presiden Megawati Soekarnoputri, hanya Soemadi Brotodiningrat yang menjabat sebagai Dubes RI untuk AS.
Sementara itu, dalam dua periode kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), posisi ini diisi oleh Sudjadnan Parnohadiningrat, Dino Patti Djalal, dan Budi Bowoleksono.
Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, jabatan ini sempat diduduki oleh Mahendra Siregar, Muhammad Lutfi, dan Rosan Roeslani.
Namun, sejak Rosan mundur pada 17 Juli 2023, Jokowi belum menunjuk penggantinya.
Hingga kini, setelah Prabowo Subianto resmi menjabat sebagai Presiden sejak 20 Oktober 2024, posisi Dubes RI untuk AS masih kosong.
Sementara itu, Rosan telah dipercaya Prabowo untuk menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi Indonesia sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Kekosongan ini menjadi perhatian Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho.
Ia menilai bahwa absennya Dubes RI di AS membuat Indonesia kehilangan perwakilan diplomatik yang dapat memperjuangkan kepentingan ekonomi di Negeri Paman Sam.
"Ketiadaan Dubes menunjukkan bahwa pemerintah seolah tidak menganggap AS sebagai mitra dagang yang strategis. Ini bisa menjadi indikasi kurangnya perhatian pemerintah dalam diplomasi perdagangan," ujar Andry saat diwawancarai pada Jumat (4/4/2025).
Padahal, AS merupakan tujuan utama ekspor beberapa komoditas unggulan Indonesia yang menyumbang surplus perdagangan besar, seperti perlengkapan elektrik, pakaian, aksesori rajutan, dan alas kaki.
"Kita tahu bahwa ada banyak produk Indonesia yang sulit menembus pasar AS, terutama produk industri padat karya," kata Andry.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]