Usai perang Israel-Hamas pecah, instruktur di lapangan tembak Gil Shemesh mengatakan jumlah orang yang mendaftar ke bidang ini meningkat drastis.
"Orang-orang yang hidup di area berbahaya hingga orang-orang normal yang hanya ingin melindungi diri mereka sendiri karena mereka melihat apa yang terjadi," kata Shemesh, dikutip Reuters.
Baca Juga:
Joe Biden: Kemungkinan Netanyahu Setujui Negara Palestina Meski Sikap Tegasnya Sebelumnya
Perusahaan merekrut instruktur baru hanya untuk mengimbangi jumlah peserta yang mendaftar kelas tembak ini.
Namun, langkah Netanyahu juga tak disambut baik bagi kelompok pendukung pengendalian senjata Pistol On the Kitchen Table.
Mereka menyebut membiarkan senjata api tersedia secara bebas akan meningkatkan risiko penembakan yang tak disengaja, pembunuhan, dan bunuh diri.
Baca Juga:
Terancam Digulingkan, Netanyahu Takut Dikhianati Partai Sendiri
"Respon yang tak terlatih jika ada perasaan subjektif akan bahaya, kemungkinan besar akan mengakibatkan kematian yang tidak perlu bagi orang-orang tak berdosa," demikian menurut kelompok tersebut.
Pasukan Israel dan Hamas berperang sejak 7 Oktober. Hingga kini ribuan orang di Israel dan Palestina tewas imbas perang tersebut.
Israel terus menggempur daerah kekuasaan Hamas di Jalur Gaza dan beberapa kali menyerang Tepi Barat.