WahanaNews.co, Jakarta - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengizinkan warga sipil memiliki senjata untuk melindungi diri saat perang Israel dan Hamas memanas dan saling serang dengan Hizbullah kian intensif.
Netanyahu mengatakan akan melakukan segala cara untuk melawan dan memusnahkan Hamas.
Baca Juga:
Joe Biden: Kemungkinan Netanyahu Setujui Negara Palestina Meski Sikap Tegasnya Sebelumnya
"[Ini termasuk] mendorong warga sipil dan membantu warga sipil mempersenjatai diri mereka untuk membela diri," kata dia saat pidato pada Rabu (25/10/23).
Menteri keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir, juga menggambarkan kepemilikan senjata pribadi sebagai tindakan pencegahan terhadap kerusuhan internal antara minoritas Arab di Israel dan mayoritas Yahudi yang menyertai perang Gaza terakhir, pada 2021.
Biasanya, lisensi senjata di Israel hanya untuk pistol dan membutuhkan waktu berbulan-bulan dalam proses perizinannya. Namun, kini warga Israel bisa memperoleh dalam beberapa hari secara online.
Baca Juga:
Terancam Digulingkan, Netanyahu Takut Dikhianati Partai Sendiri
Kementerian Keamanan Israel juga menyatakan warga yang pernah ikut wajib militer selama tahun bisa mendapat lisensi senjata. Sebelumnya, hanya sebagian besar veteran unit tempur militer atau penduduk kota-kota garis depan yang memenuhi syarat.
Namun, warga negara Arab di Israel, yang banyak mengidentifikasi diri sebagai warga Palestina, umumnya dibebaskan dari wajib militer. Mereka juga mungkin tak bisa mendapat lisensi.
Menurut Channel 13 TV, terdapat 150.000 permohonan izin senjata sejak serangan lintas batas. Tahun sebelumnya di periode yang sama hanya 42 permohonan.
Usai perang Israel-Hamas pecah, instruktur di lapangan tembak Gil Shemesh mengatakan jumlah orang yang mendaftar ke bidang ini meningkat drastis.
"Orang-orang yang hidup di area berbahaya hingga orang-orang normal yang hanya ingin melindungi diri mereka sendiri karena mereka melihat apa yang terjadi," kata Shemesh, dikutip Reuters.
Perusahaan merekrut instruktur baru hanya untuk mengimbangi jumlah peserta yang mendaftar kelas tembak ini.
Namun, langkah Netanyahu juga tak disambut baik bagi kelompok pendukung pengendalian senjata Pistol On the Kitchen Table.
Mereka menyebut membiarkan senjata api tersedia secara bebas akan meningkatkan risiko penembakan yang tak disengaja, pembunuhan, dan bunuh diri.
"Respon yang tak terlatih jika ada perasaan subjektif akan bahaya, kemungkinan besar akan mengakibatkan kematian yang tidak perlu bagi orang-orang tak berdosa," demikian menurut kelompok tersebut.
Pasukan Israel dan Hamas berperang sejak 7 Oktober. Hingga kini ribuan orang di Israel dan Palestina tewas imbas perang tersebut.
Israel terus menggempur daerah kekuasaan Hamas di Jalur Gaza dan beberapa kali menyerang Tepi Barat.
Di perbatasan Israel-Lebanon, pasukan Zionis ini juga saling gempur dengan milisi Hizbullah.
[Redaktur: Sandy]