WahanaNews.co | Peretas atau hacker Korea Utara (Korut) baru-baru ini berhasil meretas dan mencuri cryptocurrency dengan jumlah fantastis dan menjadi yang terbesar sepanjang masa.
Diumumkan oleh Axie Infinity di dalam blognya, mereka telah menjadi korban serangan siber pada 29 Maret 2022, mengakibatkan hilangnya 173.600 Ethereum dan 25,5 juta USDC, koin digital yang nilainya sama dengan dolar AS.
Baca Juga:
Militer Korea Selatan Siarkan K-Pop dan Berita untuk Serangan Psikologis
Axie Infinity sendiri merupakan video game online berbasis NFT yang dikembangkan oleh studio Vietnam Sky Mavis, di mana pengguna bisa mendapatkan uang dari hasil bermain.
Menurut FBI, kripto senilai total 620 juta dolar berhasil digasak oleh hacker Korut dalam aksi peretasan tersebut.
“FBI, berkoordinasi dengan Departemen Keuangan dan mitra pemerintah AS lainnya, akan terus mengekspos dan memerangi penggunaan kegiatan terlarang yang dilakukan DPRK, termasuk kejahatan dunia maya dan pencurian cryptocurrency,” katanya.
Baca Juga:
Waspadai Pencurian Tinja, Pemimpin Korut Bawa Toilet Kemanapun Pergi
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, yakni Republik Rakyat Demokratik Korea (Democratic People’s Republic of Korea’s/DPRK).
Dalam kasus peretasan kali ini, hacker Korut berhasil membobol jembatan atau jaringan yang memungkinkan pemain menukarkan cryptocurrency atau koin digital yang diperoleh dari bermain game online Axie Infinity.
Menurut FBI, pelaku pencurian adalah kelompok peretas APT38 dan Lazarus Group yang beroperasi dan berhubungan dengan pemerintah Korea Utara.
Sebelumnya, Lazarus Group juga pernah meretas Sony Pictures pada 2014, di mana dalam aksi tersebut mereka berhasil membobol informasi pribadi ribuan karyawan Sony.
Hacker juga meminta Sony untuk menarik filmnya yang saat itu akan segera rilis, berjudul The Interview, sebuah film komedi yang dibintangi James Franco dan Seth Rogen tentang rencana membunuh pemimpin Korut, Kim Jong-un.
Peretasan lainnya, mereka pernah dikabarkan mencoba mencuri uang hingga 1 miliar dolar dari bank nasional Bangladesh melalui jaringan pembayaran internasional SWIFT, kendati pada akhirnya gagal.
Sedikit yang diketahui tentang kelompok hacker ini, tetapi mereka telah dikaitkan dengan banyak serangan dunia maya kelas kakap.
Korea Utara sendiri adalah salah satu dari sedikit negara yang menyokong para hacker sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan negara.
Sebuah laporan militer AS pada tahun 2020 menyebut, Korea Utara memiliki sekitar 6.000 hacker yang beroperasi di beberapa negara, termasuk Belarusia, China, India, Malaysia, dan Rusia.
Diperkirakan, hacker Korut telah berhasil menggasak aset digital senilai sedikitnya 400 juta dollar dalam tujuh perampokan online pada platform cryptocurrency pada tahun 2021. [gun]