WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam kisah dramatis yang mencerminkan keberanian dan daya tahan manusia, lima orang berhasil selamat dari kecelakaan udara yang nyaris berakhir tragis di salah satu sudut paling berbahaya di dunia: hutan Amazon Bolivia yang liar dan penuh buaya.
Kisah ini bukan hanya soal nasib buruk di udara, tapi juga perjuangan luar biasa di tengah alam yang ganas dan tanpa ampun.
Baca Juga:
Saat Berenang di Pantai Talise Warga Palu Tewas Diterkam Buaya
Sebuah pesawat kecil bermesin tunggal harus melakukan pendaratan darurat di rawa yang dipenuhi buaya, setelah mengalami kerusakan mesin dalam penerbangan dari kota Baures menuju Trinidad, Bolivia.
Peristiwa ini terjadi pada Kamis (1/5/2025).
Di dalam pesawat terdapat lima orang penumpang: tiga perempuan, seorang anak kecil, dan sang pilot bernama Andres Velarde.
Baca Juga:
Viral Buaya Pura-Pura Tenggelam untuk Perdaya Mangsa, Fakta atau Mitos?
Begitu mesin pesawat mengalami gangguan di tengah perjalanan, Velarde dengan cepat berusaha mencari tempat untuk mendarat.
Namun, satu-satunya opsi yang terlihat hanyalah sebuah rawa terpencil di dekat laguna.
“Saya mencoba mencari lahan terbuka, tapi hanya ada rawa-rawa yang terlihat. Akhirnya saya putuskan mendarat di situ,” ujar Velarde dari ranjang rumah sakit, seperti dilaporkan AFP pada Sabtu (3/5/2025).
Pesawat tersebut jatuh dan terbalik saat menyentuh permukaan rawa.
Dengan insting bertahan hidup yang kuat, kelima orang tersebut langsung memanjat ke atas badan pesawat yang terbalik untuk menghindari air dan predator buas yang mengintai di sekitar.
“Kami dikelilingi buaya. Ada yang berjarak hanya tiga meter dari kami. Kami juga sempat melihat seekor anaconda,” ungkap Velarde.
Ia juga menyebut bahwa bau menyengat dari kebocoran kerosin di tangki bahan bakar kemungkinan besar membantu menjauhkan para hewan pemangsa.
Selama 36 jam, mereka terjebak di lokasi tersebut tanpa makanan dan air bersih. Satu-satunya bahan makanan yang mereka miliki hanyalah sedikit tepung singkong yang dibawa salah satu penumpang.
Mereka tidak bisa minum air rawa, dan tak bisa bergerak bebas karena ancaman predator.
“Kami bahkan tidak bisa mengambil air untuk diminum, dan tidak berani meninggalkan bangkai pesawat karena dikepung buaya,” tambah sang pilot.
Keberuntungan datang saat seorang nelayan lokal yang sedang melintas secara tidak sengaja melihat mereka dan segera melapor kepada tim penyelamat. Berkat laporan tersebut, operasi penyelamatan berhasil dilakukan dan kelima orang akhirnya dievakuasi dalam kondisi selamat.
Wilson Avila, Kepala Pusat Operasi Darurat wilayah Beni, mengonfirmasi bahwa seluruh korban ditemukan dalam kondisi "sangat baik", meski masih harus menjalani pemeriksaan medis lanjutan di rumah sakit.
Beni merupakan wilayah terpencil yang dikenal minim infrastruktur jalan, sehingga warga setempat banyak mengandalkan transportasi udara sebagai sarana utama mobilitas.
Kejadian ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi masyarakat di wilayah seperti ini, serta pentingnya sistem respons darurat yang sigap.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]