WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menyatakan bahwa militer negaranya telah memukul telak dominasi India dan mengguncang keseimbangan kekuatan di Asia Selatan.
Dalam pidatonya, Sharif mengumumkan bahwa Angkatan Udara Pakistan telah menembak jatuh jet tempur keenam milik India dalam pertempuran udara yang berlangsung pekan lalu.
Baca Juga:
Serangan Rudal Hipersonik Pakistan Hancurkan S-400 India
Ia menegaskan bahwa setiap bentuk agresi dari musuh akan dibalas dengan tindakan yang cepat, proporsional, dan keras.
Menurut Sharif, klaim India sebagai kekuatan adikuasa regional telah runtuh, terutama setelah New Delhi menghabiskan miliaran dolar untuk membangun kekuatan militernya namun gagal menunjukkan keunggulan di medan tempur.
Pernyataan itu disampaikannya saat berkunjung ke Pangkalan Udara Kamra, markas utama operasi Angkatan Udara Pakistan (PAF), pada Kamis.
Baca Juga:
Bara di Langkit Kashmir, Duel Rudal dan Drone India-Pakistan Semakin Ganas
Ia didampingi sejumlah pejabat tinggi, termasuk Wakil Perdana Menteri Ishaq Dar, Menteri Pertahanan Khawaja Asif, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Syed Asim Munir.
Sharif disambut oleh Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Zaheer Ahmed Baber Sidhu. Dalam kunjungan tersebut, ia menerima laporan komprehensif mengenai kesiapan dan kemampuan tempur PAF.
Ia juga menyampaikan penghargaan langsung kepada para prajurit garis depan, pilot, teknisi, dan personel pendukung, atas profesionalisme dan dedikasi mereka dalam menjaga kedaulatan negara.
“Setelah menghadapi agresi tanpa alasan, militer kita menunjukkan pengendalian diri yang luar biasa, visi strategis yang matang, dan keakuratan operasional yang mengesankan,” ujar Sharif, sebagaimana dikutip dari pernyataan resmi militer yang dirilis ISPR.
"Respons cepat dan presisi dari pasukan kita tak hanya menetralisir ancaman, tapi juga menghancurkan infrastruktur militer lawan, sekaligus menegaskan tekad Pakistan dalam mempertahankan tanah air."
Sharif menyebut, keberhasilan menembak jatuh Mirage-2000 India di atas wilayah Pampore, Srinagar pada malam 6-7 Mei, merupakan bukti keunggulan udara PAF dan keteguhan angkatan bersenjata Pakistan dalam mempertahankan integritas wilayah nasional.
Ia juga memuji Marsekal Zaheer atas kepemimpinan visioner yang membawa modernisasi besar bagi Angkatan Udara, serta integrasi teknologi tinggi yang memperkuat kapabilitas tempur.
“Kepada para pilot pemberani dan kru udara yang setia, ketepatan dan keberanian kalian mencerminkan semangat pantang menyerah militer Pakistan. Kalian telah menjaga langit kita dengan kehormatan dan keberanian luar biasa,” ujarnya.
Sharif menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmen penuh pemerintah dan militer untuk mempertahankan setiap jengkal wilayah Pakistan.
“Kami bersatu, siap, dan tak tergoyahkan menghadapi setiap ancaman terhadap tanah air.”
Eskalasi militer terbaru antara India dan Pakistan dimulai 7 Mei, setelah setidaknya 31 warga sipil Pakistan tewas akibat serangan India yang disebut tak beralasan di berbagai wilayah termasuk Azad Jammu dan Kashmir (AJK).
India berdalih serangan itu sebagai respons atas aksi teror di Pahalgam, Jammu dan Kashmir yang dikelola India, pada 22 April, yang menewaskan 26 wisatawan Hindu.
New Delhi menuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan sebagai pelakunya.
Sebagai balasan, Pakistan menembak jatuh enam jet tempur India, termasuk tiga unit Rafale, dan sejumlah drone militer.
Dalam empat hari konflik intens itu, sedikitnya 11 tentara dan 40 warga sipil Pakistan dilaporkan tewas akibat serangan India.
Pada Sabtu, Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata setelah Pakistan melancarkan operasi balasan besar-besaran yang diberi nama “Operasi Bunyan-um-Marsoos.”
Melalui rudal presisi jarak jauh seri Fatah dan amunisi berpemandu milik PAF, Pakistan menghantam 26 target militer India, termasuk fasilitas yang digunakan untuk menyerang warga sipil serta perusahaan yang dituduh mendanai aksi teror di wilayah Pakistan.
Hari ini, Wakil Perdana Menteri Dar menyatakan bahwa gencatan senjata yang dimediasi AS resmi diperpanjang hingga 18 Mei 2025.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]