WahanaNews.co, Jakarta - Eks analis Badan Intelijen Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA) Larry Johnson menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terancam dikudeta militer karena dianggap gagal dalam perang.
Pernyataan itu terungkap saat Johnson menjadi narasumber di acara Redacted yang dirilis pekan lalu.
Baca Juga:
Hungaria Peringati Revolusi 1956 dengan Upacara Khidmat di Parlemen, Saksikan Keindahan Gedungnya
"Zelensky kemungkinan besar akan digulingkan melalui kudeta dalam tiga hingga empat pekan ke depan, karena ketidakpuasan yang besar di kalangan pasukan front timur," kata Johnson, dikutip RT, Selasa (29/08/23).
Menurut RT, serangan besar-besaran Ukraina di Zaporizhzhia gagal menembus markas pasukan Rusia, meskipun ada brigade tambahan.
Lebih lanjut, Johnson menerangkan dari perkembangan konflik, kelangsungan hidup Ukraina sebagai negara "sangat diragukan."
Baca Juga:
Eks Menag Lukman Hakim Pimpin Doa Demo di MK
Menurutnya Ukraina sudah sepenuhnya bergantung ke Barat, dan kebutuhan mereka akan terus bertambah sementara kemampuan kian susut.
Dalam kesempatan itu, Johnson juga menyinggung keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Ukraina.
Strategi AS dalam konflik ini adalah menjebak Rusia dalam perang yang tak bisa dimenangkan dan mendorong pergantian rezim di Moskow, kata dia.
""[Sebaliknya] hal ini akan terjadi pada Ukraina, dan Washington harus mencari cara untuk mundur dari konflik tersebut," ucap Johnson.
Johnson bukan pengamat pertama yang mengemukakan ancaman kudeta terhadap Zelensky.
Pada Agustus ini, pensiunan perwira marinir AS, Scott Ritter, punya pandangan serupa.
Ritter mengatakan kemungkinan kudeta militer kian besar seiring dengan kehancuran tiap-tiap brigade Ukraina.
"Kita bisa mencapai momen Kerensky 1917, di mana miiter hanya mengatakan 'Kita sudah selesai'," kata Ritter.
Di tahun itu, kudeta terhadap pemerintahan Alexander Kerensky atau yang dikenal Revolusi Oktober atau Revolusi Bolshevik mencuat.
Penggulingan ini dilakukan pihak komunis Partai Bolshevik di bawah pimpinan Vladimir Lenin.
Di masa pemerintahan Kerensky banyak yang tak puas karena ia dianggap terlalu fokus terhadap Perang Dunia I dan memerintah dengan tirani.
[Redaktur: Sandy]