WahanaNews.co | Militer
Amerika Serikat (AS) di Afghanistan akhirnya mengirim helikopter untuk
menyelamatkan lebih dari 150 warganya yang gagal mencapai bandara Kabul.
Baca Juga:
Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Relawan Diskusikan Rencana Aksi Mitigasi Bencana Alam
Kabar tersebut muncul ketika para pejabat AS mengonfirmasi
bahwa operasi evakuasi dari Afghanistan terhenti sekitar tujuh jam pada Jumat
waktu setempat.
Hal tersebut dikarenakan adanya kepadatan di pangkalan
penerima Qatar yang tidak dapat menampung pengungsi yang membeludak. Ini
membuat ribuan warga Afghanistan lainnya yang sudah diizinkan pergi meninggalkan
negara mereka dan mengungsi ke Amerika Serikat, ikut menunggu di bandara Kabul.
"Saat itu pagi-pagi sekali, dan itu berlangsung sekitar
enam sampai tujuh jam," kata Mayor Jenderal Hank Taylor kepada wartawan,
dilansir dari AFP, Jumat (20/8).
Baca Juga:
Personel Polsek Kayan Hulu Kerahkan Bantu Evakuasi Korban Banjir di Kecamatan Kayan Hilir
Meski tengah berupaya mengevakuasi warganya, Departemen Luar
Negeri AS sempat dikritik karena terlalu lamban memproses warga Afghanistan
yang ingin masuk ke negaranya itu.
Lebih lanjut Taylor mengatakan sampai Jumat pagi pesawat AS
sudah menerbangkan sekitar sekitar 6.000 orang, ini termasuk ratusan warga AS
dari Kabul sebelum terjadi kendala evakuasi.
Para pengungsi yang terdampar di bandara Kabul pun terlihat
tidak mendapat fasilitas memadai, sehingga mereka harus rela kepanasan,
kedinginan, sampai tidur di lantai.
Sementara itu, penerbangan dari Kabul kembali berlanjut pada
Jumat malam pasca operasi AS di Qatar mengatur perjalanan bagi banyak pengungsi
ke pangkalan militer AS di Ramstein, Jerman.
Perjuangan para warga AS dan Afghanistan untuk bisa sampai
ke bandara Kabul tidak mudah, mereka mengaku dihalang-halangi pasukan Taliban.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa pasukannya harus bisa
menyelamatkan 169 orang warganya yang terkena dampak konflik Taliban.
Saat ini warga negara AS serta Afghanistan yang tengah
bekerja untuk pasukan AS di Afghanistan masih terus berusaha menuju bandara di
Kabul supaya bisa meninggalkan negara itu. [qnt]