WahanaNews.co | Pemerintah Malaysia dan Singapura sepakat membatalkan proyek
Kereta Api Berkecepatan Tinggi (High
Speed Rail atau HSR) Kuala Lumpur - Singapura.
Keputusan pembatalan proyek kereta
cepat ini diambil setelah kedua belah pihak gagal mencapai kata sepakat menyusul
batas waktu penangguhan yang berakhir Kamis (31/12/2020) malam lalu.
Baca Juga:
Polisi Kapuas Hulu Tangkap Lima Pelaku Penyeludupan 36,98 Kg Sabu di Empanang
Pengumuman itu disampaikan dalam
pernyataan bersama Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri
Muhyiddin Yassin, dan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, yang digelar di Kuala Lumpur, Jumat (1/1/2021) kemarin.
"Pemerintah Malaysia dan
Singapura ingin menyampaikan perkembangan berhubung proyek HSR, terutama
mengenai tempoh penangguhan yang berakhir 31 Desember 2020," seperti
dikutip dari pernyataan bersama kedua pemerintah, Jumat (1/1/2021).
Kedua pemerintah juga sudah
merencanakan beberapa perubahan terhadap proyek kereta cepat setelah menghitung
dampak pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
"Kedua pemerintah melakukan
beberapa perbincangan berhubung perubahan tersebut, namun gagal mencapai kata
sepakat. Oleh karena itu, perjanjian HSR sudah batal pada 31 Desember
2020," katanya.
Menteri Ekonomi Malaysia, Mustapa
Mohamed, menjelaskan, sejumlah kesepakatan yang ditetapkan pada 2016
dinilai tak lagi fisibel jika diterapkan saat ini. Terutama perekonomian dan
kondisi fiskal negara terimbas cukup besar oleh pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, perlu ada perubahan struktur dan desain proyek lebih lanjut.
Pada September 2010, Perdana Menteri
Malaysia saat itu, Najib Razak, pernah menyebutkan, proyek
Kereta Cepat Kuala Lumpur - Singapura dimulai melalui Program
Transformasi Ekonomi untuk mengubah Malaysia menjadi negara berpenghasilan
tinggi.
Proyek ini pertama kali diumumkan pada
tahun 2013 silam.
Proyek kereta cepat dengan lintasan
sepanjang 350 kilometer yang menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura itu
diestimasikan memakan biaya sekitar US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 237
triliun (asumsi kurs Rp 13.945 per dolar AS).
Kereta cepat Kuala Lumpur - Singapura
ini awalnya didesain sebagai moda perjalanan alternatif antara dua mesin
ekonomi yang paling dinamis dan berkembang pesat di Asia Tenggara.
Proyek ikonik itu akan mencakup tujuh
stasiun di Bandar Malaysia, Sepang-Putrajaya, Seremban, Melaka, Muar, Batu
Pahat, dan Iskandar Puteri, sebelum mencapai tujuan terakhirnya di
Jurong East, Singapura.
Konektivitas itu diharapkan bisa
membuat bisnis menjadi lebih produktif dan mengakses pasar yang lebih luas.
Sedangkan publik akan menikmati
pengalaman perjalanan yang lebih baik dengan waktu tempuh lebih pendek, hanya
90 menit dari Kuala Lumpur ke Singapura.
Selain itu,
perjalanan akan nyaman melalui pusat kota dan koneksi tersedia di sepanjang
koridor.
Kereta cepat Kuala Lumpur - Singapura
ini juga tak hanya merupakan proyek transportasi.
Lebih dari itu, proyek ini diharapkan
menjadi pendorong menuju pembangunan sosial-ekonomi di Kuala Lumpur dan
kota-kota perantara di sepanjang koridor kereta cepat, dimulai dengan klaster
ekonomi yang berpusat di sekitar tiap stasiun. [dhn]