WahanaNews.co | Hampir 220 juta warga terkena imbas pemadaman listrik secara nasional di Pakistan hari ini, Senin (23/1).
Melansir CNN Business, Kementerian Energi negara itu mengatakan jaringan nasional mata pada pukul 7.34 pagi waktu setempat. Hal ini menyebabkan kerusakan yang meluas pada sistem tenaga listrik.
Baca Juga:
29 Orang Meninggal Akibat Cuaca Hujan dan Badai Petir di Pakistan
Pemadaman listrik ini adalah yang paling luas di Pakistan sejak 2021. Meski demikian, saat ini pemeliharaan sistem terus mengalami kemajuan pesat.
Walau masih terbatas, listrik di ibu kota Islamabad dan Kota Peshawar telah dipulihkan.
Namun, belum jelas sampai berapa lama pemadaman akan berlangsung. Waktu perbaikan di beberapa bagian negara pun masih belum diketahui akan berapa lama.
Baca Juga:
Asif Ali Zardari Terpilih Sebagai Presiden ke-14 Pakistan dalam Pemilu 2024
Di Kota Quetta, di Provinsi Balochistan utara Pakistan, pemadaman telah memengaruhi semua aspek kehidupan sehari-hari, termasuk rumah sakit, pasar, dan rumah tangga.
Direktur Departemen Kesehatan Balochistan Imran Zarkoon mengatakan pelayanan pusat kesehatan di pinggiran Kota Quetta lumpuh. Pasalnya, mereka tidak memiliki generator untuk pengadaan listrik sementara.
"Karena tidak tersedianya generator, layanan terganggu di pusat kesehatan di pinggiran kota Quetta," katanya.
Pusat pertokoan pun juga memiliki nasib serupa. Zaheer, salah seorang pemilik toko pakaian di Quetta, mengatakan telah menunggu listrik pulih selama berjam-jam.
Di sisi lain, ia juga tidak bisa berjualan karena saat listrik mati tidak ada pelanggan yang ke toko.
"Seluruh pasar jalan Jinnah praktis tutup, karena tanpa listrik pelanggan tidak bisa ke toko," ujarnya.
Pemadaman listrik terjadi karena Pakistan tengah menghadapi guncangan ekonomi, termasuk krisis energi.
Melansir CNN Indonesia, awal bulan ini, Perdana Menteri Shehbaz Sharif memerintahkan semua departemen federal untuk mengurangi konsumsi energi sebesar 30 persen.
Selain itu, pemerintah juga memerintahkan semua pasar tutup pada pukul 8.30 malam. Sedangkan, restoran pada pukul 10 malam.
Keputusan untuk mengurangi penggunaan energi datang ketika Pakistan mengumumkan cadangan devisanya telah menyusut ke tingkat yang sangat rendah.
Berdasarkan data bank sentral, total cadangan devisa cair negara itu mencapai US$11,7 miliar pada Desember lalu. Angka ini merupakan setengah dari jumlah cadangan devisa pada awal 2022.
Cadangan devisa Pakistan hampir tidak bisa menutupi biaya impor selama sebulan, terutama untuk impor energi. Negara itu kekurangan uang tunai karena dana yang diharapkan masuk di bawah program Dana Moneter Internasional (IMF) ditunda. [rna]