WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketika dunia pertahanan semakin kompetitif, Indonesia menjadi rebutan dua raksasa industri kedirgantaraan dunia -- Prancis dan Amerika Serikat -- yang menawarkan teknologi tercanggih mereka.
Di tengah proses pengadaan jet tempur Rafale dari Prancis, perusahaan Boeing dari Amerika tak tinggal diam.
Baca Juga:
Perusahaan Satelit Navayo di Hungaria Tak Indahkan Panggilan Kejagung
Dengan strategi yang agresif, Boeing menawarkan Indonesia paket pembelian jet tempur F-15EX yang diklaim lebih menguntungkan secara teknologi maupun ekonomi.
Di tengah penantian kedatangan 42 unit jet tempur Rafale dari Prancis sesuai kontrak pembelian tahun 2022, Boeing, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat, mencoba menggoda Indonesia dengan tawaran yang menggiurkan: F-15EX dengan tingkat produksi lokal hingga 85 persen.
Presiden Boeing Asia Tenggara, Penny Burtt, pada 15 April menyatakan, “Jika Indonesia memilih [untuk membeli] F-15EX, Boeing akan memenuhi 85 persen konten lokalnya dan mengimbangi komitmen, yang sejalan dengan prioritas pertahanan dan industri nasional.”
Baca Juga:
Jet Tempur Mirage 2000 Unjuk Gigi, Hancurkan Kh-101 Rusia di Langit Ukraina
Ia menegaskan bahwa Boeing ingin melibatkan industri dalam negeri dalam rantai pasokan, pelatihan, pemeliharaan, dan pengoperasian jet tempur tersebut.
Namun, Burtt juga mengakui bahwa hingga kini belum ada permintaan spesifik dari pihak Indonesia.
“Kami belum mendengar permintaan khusus dari Indonesia,” ungkapnya, mengisyaratkan bahwa semua opsi masih terbuka.
Tawaran ini merupakan bagian dari strategi global Boeing untuk memperluas pasar jet tempur F-15EX, terutama setelah mendapatkan momentum dari kesepakatan baru bersama pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan F-47, jet tempur generasi keenam.
Tawaran kepada Indonesia muncul sekitar dua tahun setelah nota kesepahaman (MoU) ditandatangani antara Indonesia dan Boeing untuk pengadaan hingga 24 unit F-15EX.
Saat itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan komitmennya secara tegas.
“Kami senang mengumumkan komitmen kami untuk mendapatkan kemampuan pesawat tempur F-15EX yang penting bagi Indonesia. Pesawat tempur canggih ini akan melindungi dan mengamankan negara kami dengan kemampuannya yang canggih,” ujar Prabowo dalam pernyataan resmi yang dirilis kala itu.
F-15EX yang dirancang untuk Indonesia akan memiliki kode khusus: F-15IDN. Namun, meski MoU telah diteken, belum ada kontrak akuisisi resmi yang diumumkan secara terbuka.
Armada udara Indonesia saat ini masih didominasi oleh pesawat tempur lawas seperti Su-27 dan Su-30 dari Rusia, Hawk 109/209 buatan Inggris, serta F-5 Tiger dari Amerika.
Karena itu, berbagai opsi modernisasi terus dijajaki, termasuk pengembangan KF-21 bersama Korea Selatan dan diskusi lanjutan dengan Rusia terkait kemungkinan pembelian Su-35.
Pada Januari 2025, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menegaskan bahwa kesepakatan jet tempur Su-35 masih “di atas meja”.
Mengenai F-15EX, Prabowo juga pernah menyebutkan pada Agustus 2023 bahwa proses pembelian telah memasuki tahap lanjut, meskipun masih menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Salah satu hambatan terbesar dalam proses akuisisi F-15 adalah masalah pembiayaan. Laporan sebelumnya menyebutkan kekhawatiran Boeing atas kemampuan Indonesia dalam memenuhi pembayaran.
Bloomberg melaporkan bahwa pada 8 April lalu, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin telah melakukan pertemuan tertutup dengan pejabat tinggi, menyampaikan arahan dari Presiden Prabowo untuk memprioritaskan senjata buatan AS yang bisa segera diimpor.
Tujuan lainnya adalah mencegah dampak tarif dengan meningkatkan investasi pada perangkat keras militer buatan AS.
Jet tempur F-15EX sendiri merupakan versi paling mutakhir dari keluarga F-15.
Boeing menyebut jet ini mampu melakukan berbagai misi dalam satu kali terbang, termasuk superioritas udara, serangan jarak jauh, dan dukungan udara dekat, berkat kapasitas muatan senjata yang mencapai 23 stasiun.
F-15EX bisa membawa lebih banyak senjata dibandingkan pesawat tempur lain di kelasnya.
Dibandingkan jet tempur generasi kelima seperti F-22 dan F-35, memang F-15EX tak punya fitur siluman, tapi ia unggul dari sisi kapasitas muatan dan jangkauan.
Julukan “Truk Bom” disematkan padanya karena kemampuan membawa hingga 30.000 pon amunisi.
Jet ini bisa dilengkapi dengan 12 rudal udara-ke-udara termasuk AIM-9 Sidewinder dan AIM-120 AMRAAM, serta 24 senjata udara-ke-darat seperti bom pintar dan rudal jelajah.
Dengan kecepatan maksimum Mach 2,5 dan jangkauan 2.000 mil, F-15EX juga dibekali teknologi peperangan elektronik yang canggih.
Statistiknya juga meyakinkan: rasio kerusakan sangat rendah dan lebih dari 100 kemenangan udara tanpa kehilangan satu pun dalam pertempuran udara.
Kini, semua mata tertuju pada keputusan Indonesia: apakah tetap melaju dengan Rafale, menghidupkan kembali opsi Su-35, atau pasrah menghadapi rayuan Boeing?
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]