Sesuai konvensi, penghancuran dilakukan oleh Camerlengo Gereja Roma Suci, seorang kardinal senior yang ditugaskan mengawasi masa transisi kekosongan Tahta Suci.
Ia akan menghancurkan cincin dan bulla di hadapan Dewan Kardinal setelah secara resmi mengumumkan wafatnya paus.
Baca Juga:
Prabowo Sampaikan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus
Meskipun fungsi praktis sebagai segel telah tergantikan sejak pertengahan abad ke-19 oleh prangko dan metode modern lainnya, penghancuran simbolik ini tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari protokol Vatikan.
Ketika Paus Benediktus XVI secara mengejutkan mengundurkan diri pada 2013—pertama dalam enam abad—tradisi ini sedikit mengalami modifikasi. Alih-alih dihancurkan, cincin Benediktus dipahat dengan salib dalam.
Camerlengo saat ini, Kardinal Kevin Joseph Farrell dari Irlandia, yang ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus pada 2023, diyakini akan menjalankan proses serupa saat waktunya tiba menjelang konklaf pemilihan paus baru.
Baca Juga:
Di Tengah Kecamuk Perang Gaza, Paus Fransiskus Hadir Setiap Malam Via Telepon
Sejak abad ke-13, Cincin Nelayan telah menjadi simbol kepausan yang paling dikenal, dinamai berdasarkan Santo Petrus, paus pertama yang dahulu adalah seorang nelayan.
Tak sedikit umat yang menunjukkan penghormatan dengan mencium cincin tersebut, sebuah praktik yang di masa kini kerap diperdebatkan karena alasan kebersihan.
Walau mengandung banyak makna spiritual dan simbol kekuasaan rohani, penggunaan cincin kepausan dalam praktik sehari-hari sangat bervariasi tergantung pada pribadi masing-masing paus.