WahanaNews.co | Rudal balistik Tochka-U menerjang Donetsk, ibu kota Republik Rakyat Donetsk (DPR), pada Senin (14/3/2022). Insiden itu terjadi di tengah kampanye militer Rusia di Ukraina.
Juru bicara militer DPR Eduard Basurin mengatakan rudal itu dicegat dan dihancurkan di udara, tetapi salah satu bagian peledaknya berhasil mengenai kota.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Pejabat pertahanan DPR melaporkan sebanyak 17 orang tewas dan 28 orang luka-luka.
“Jika rudal itu tidak ditembak jatuh, kami akan memiliki lebih banyak korban,” ungkap Pemimpin DPR Denis Pushilin kepada media.
Dia menambahkan bagian dari rudal itu jatuh di pusat Donetsk, tidak jauh dari gedung utama pemerintah.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
Pushilin mengklaim rudal itu dimuat dengan bom tandan.
Menanggapi pertanyaan wartawan apakah Moskow memandang insiden itu sebagai tindakan terorisme, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab, "Tidak diragukan lagi, ini adalah serangan terhadap penduduk sipil."
Sementara itu, Pavlo Kyrylenko, pejabat regional Ukraina, menuduh Rusia menembaki kota Avdeevka, utara Donetsk, dengan rudal Tochka-U dan proyektil lainnya pada Senin. Dia mengatakan sejumlah rumah, sekolah, dan pabrik kimia terkena tembakan rudal.
Avdeevka terletak di dalam perbatasan DPR, tetapi telah dikendalikan pasukan Ukraina sejak 2014, ketika republik itu memisahkan diri dari Ukraina setelah kudeta di Kiev.
Moskow menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya Rusia mengakui kemerdekaan DPR dan Republik Rakyat Lugansk yang bertetangga.
Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Kiev mengatakan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik di Donbass dengan paksa.
Beberapa putaran pembicaraan damai telah diadakan, tetapi para pihak sejauh ini hanya berhasil menyepakati rute evakuasi dari kota-kota yang terkepung. [qnt]