WAHANANEWS.CO, Jakarta - Juru bicara militer kelompok Ansarallah (Houthi), Yahya Saree, mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan satu rudal balistik ke Bandara Ben Gurion di Tel Aviv pada Kamis (22/5/2025) kemarin.
Tak hanya itu, dua drone juga dikerahkan dalam sebuah "operasi ganda" yang menyasar wilayah udara di Tel Aviv dan Haifa.
Baca Juga:
Daftar 10 Ponsel dengan Radiasi Tertinggi, Motorola Edge Paling Dominan
Beberapa saat setelah rudal diluncurkan dari wilayah Yaman, Komando Front Dalam Negeri Israel mengaktifkan sirene serangan udara di berbagai lokasi sensitif, termasuk Tel Aviv, Yerusalem, dan kawasan Laut Mati.
Militer Israel mengklaim berhasil mencegat serangan tersebut, namun dampak psikologis langsung terasa.
Media Israel melaporkan bahwa penerbangan menuju Bandara Ben Gurion segera dialihkan demi keamanan.
Baca Juga:
Pemkab Pakpak Bharat Kembali Raih Opini WTP atas LKPD TA 2024
Di daratan, jutaan warga sipil dilaporkan berlarian ke tempat perlindungan ketika sirene peringatan meraung.
Sementara itu, sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa serpihan rudal pencegat Israel jatuh hingga ke wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Salah satu pecahan mendarat di kota Shuyukh, sebelah utara Hebron. Laporan juga menyebutkan seorang warga Israel mengalami luka saat mencoba mencapai tempat perlindungan.
Ini bukan pertama kalinya Ansarallah meluncurkan operasi terhadap Israel. Awal pekan ini, kelompok tersebut juga mengumumkan dimulainya blokade laut di pelabuhan Haifa.
Saree memperingatkan perusahaan-perusahaan yang bergantung pada pelabuhan itu untuk segera bertindak.
Ia mengklaim bahwa langkah ini mengikuti sukses mereka menutup aktivitas pelabuhan Umm al-Rashrash (Eilat).
Radio militer Israel mencatat bahwa sejak perang di Gaza kembali pecah pada bulan Maret, setidaknya 37 roket telah ditembakkan dari Yaman ke wilayah Israel.
Pakar militer Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi menyebut pengumuman terbaru Ansarallah sebagai sinyal pergeseran ke strategi baru, yakni "pencegahan pembalasan".
Menurutnya, meskipun Ansarallah belum mampu menimbulkan kehancuran setara dengan agresi Israel di Yaman, mereka berhasil menciptakan kepanikan massal, mengacaukan jadwal penerbangan, serta memaksa evakuasi penduduk.
Al-Duwairi menambahkan bahwa dengan menyerang berbagai lokasi sekaligus, kelompok ini bertujuan membebani sistem pertahanan udara Israel hingga batas maksimal.
Serangan simultan tersebut tidak hanya menguras sumber daya, tetapi juga memicu tekanan ekonomi dan militer.
Ia juga mencatat bahwa penggunaan sistem pertahanan Arrow oleh Israel kemungkinan besar merupakan langkah strategis, mengingat terbatasnya sistem THAAD buatan Amerika dalam menghadapi ancaman yang kian berkembang ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]