WAHANANEWS.CO, Jakarta - Serangan jarak jauh dengan teknologi canggih kini menandai eskalasi baru dalam konflik Timur Tengah.
Untuk pertama kalinya, kelompok Houthi di Yaman mengklaim telah meluncurkan rudal balistik hipersonik ke jantung wilayah Israel.
Baca Juga:
Rudal Houthi Guncang Ben Gurion, Israel Dikepung dari Langit
Targetnya bukan sembarangan: Bandara Internasional Ben Gurion, simbol kekuatan dan akses global Israel.
Serangan ini bukan hanya simbol perlawanan, tapi juga peringatan tajam bahwa front Yaman–Israel kini semakin aktif di tengah kobaran perang Gaza.
Dalam pernyataan resmi yang disiarkan oleh saluran milik Houthi, al-Masirah, pada Sabtu (1/6/2025), juru bicara militer Yahya Sarea menegaskan kelompoknya bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Baca Juga:
Dua Pelabuhan Yaman Dilumat dari Udara, Netanyahu: Ini Baru Awal!
“Kami melakukan operasi militer yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Israel tengah, menggunakan rudal balistik hipersonik,” ujar Sarea.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa serangan ini merupakan bagian dari sikap tegas Houthi untuk terus menekan Israel agar menghentikan agresi di Gaza dan mencabut blokade yang telah melumpuhkan wilayah tersebut.
“Kami akan terus melarang lalu lintas udara Israel ke dan dari Bandara Ben Gurion,” ancam Sarea.
Militer Israel, dalam pernyataan terpisah yang dilansir kantor berita Xinhua, mengonfirmasi adanya serangan rudal tersebut.
Mereka menyatakan bahwa sistem pertahanan udara berhasil mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman pada Kamis malam.
Sirene serangan udara menggema di sekitar 660 titik di Israel tengah, termasuk Tel Aviv, dan menjalar hingga ke sejumlah permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.
Bahkan saat final Piala Negara tengah berlangsung di Stadion Bloomfield, Tel Aviv, dengan dihadiri sekitar 30.000 penonton, sirene sempat menginterupsi pertandingan.
Meski tidak ada korban jiwa yang dilaporkan oleh layanan penyelamatan Magen David Adom, peristiwa ini tetap memicu kepanikan luas.
Militer Israel menegaskan bahwa “rudal dari Yaman berhasil dicegat,” sambil memastikan bahwa protokol keamanan telah dijalankan sesuai standar.
Serangan ini terjadi di tengah pernyataan Houthi yang mengklaim tidak akan lagi menyerang kapal-kapal milik Amerika Serikat, namun tetap melanjutkan serangan ke wilayah Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan setempat, konflik yang telah berlangsung selama 19 bulan itu telah menewaskan lebih dari 54.000 orang di Gaza.
Israel sendiri membalas dengan gencar. Serangkaian serangan udara diluncurkan ke wilayah Yaman, terutama ke ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi.
Salah satu serangan paling signifikan terjadi awal Mei lalu, ketika serangan Israel merusak bandara utama dan menewaskan sejumlah warga sipil.
Tak berhenti di sana, serangan udara terbaru yang dilancarkan Israel pada Rabu lalu menghancurkan fasilitas dan landasan pacu bandara di Sanaa.
Bahkan pesawat sipil terakhir yang tersisa di bandara tersebut ikut hancur dalam serangan.
Sejak November 2023, kelompok Houthi telah secara terbuka mengumumkan dukungannya kepada Palestina dan aktif meluncurkan serangan ke arah Israel.
Dengan penguasaan mereka atas sebagian besar wilayah utara Yaman, serangan ini menandai babak baru konflik regional yang semakin rumit dan penuh kejutan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]