WahanaNews.co | Pemerintah Jepang saat ini bingung karena jumlah rumah atau bangunan yang kosong dan terbengkalai terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Survei Perumahan dan Tanah Kementerian Dalam Negeri Jepang pada 2018 mencatat ada 8.49 juta akiya atau rumah kosong tersebar di berbagai penjuru negara itu yang sebagian besar terletak di pedesaan atau kota kecil. Jumlah akiya ini bahkan diprediksi akan tembus mencapai 10 juta pada tahun ini.
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Diberitakan The Asahi Shimbun, jutaan rumah tak berpenghuni ini memiliki banyak kriteria mulai dari yang masih layak huni hingga yang sudah hancur dan tak layak huni.
Survei merinci sebanyak 3,49 juta rumah telah lama ditinggalkan. Ini setara dengan 5,6% dari total jumlah rumah kosong di negara tersebut. Angka ini tidak termasuk motel dan rumah sewa.
Menyikapi jutaan rumah tak berpenghuni tersebut, pemerintah Jepang kemudian memberlakukan tarif pajak yang rendah kepada warga yang memiliki rumah tersebut.
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Pemerintah bakal mengurangi basis pajak real estate untuk tanah perumahan menjadi seperenam dari nilai appraisal jika tanah tersebut berukuran 200 meter persegi atau kurang dari itu.
Pengecilan ruang lingkup kredit pajak ini nantinya akan diberikan bagi pemilik rumah lama yang tidak terurus dengan baik.
Niatnya, perubahan pajak tersebut bisa mendorong pemilik rumah untuk memperbaiki atau merobohkan properti mereka.
Salah satu penyebab meningkatnya jumlah rumah terlantar di Jepang adalah karena populasi negara yang semakin menurun, dan kini sebagian besar sudah lanjut usia. Menurut IFL Science, hampir sepertiga warga Jepang berusia 65 tahun.
Banyak dari manula ini meninggalkan rumah keluarga yang mereka warisi untuk tinggal di rumah yang lebih kecil dan lebih mudah diakses seiring bertambahnya usia.
Selain itu, kebanyakan dari mereka tidak memiliki keluarga dan orang tua, sehingga ketika mereka meninggal, rumah mereka menjadi kosong.
Melansir CNN Indonesia, ketika orang dari generasi ini meninggal, rumah-rumah mereka pun makin tak ingin ditempati orang lain karena stigma "kematian".
Masalah penyusutan populasi yang kian parah di Jepang juga menjadi penyebab banyak rumah kosong. Pada 2022, kurang dari 800 ribu bayi lahir di negara berpenduduk 125 juta itu. Populasi penduduk itu menyusut setiap tahun sejak 2009.
Lembaga think-tank ekonomi Jepang, Nomura Research Institute, pun memperkirakan sepertiga dari rumah negara itu bakal tak berpenghuni pada 2038.
Profesor di departemen studi Jepang di National University of Singapore, Chris McMorran, juga mengatakan kondisi di Jepang itu hanya akan makin buruk di masa depan.
"Ini hanya akan menjadi lebih buruk," katanya kepada Insider.
"Inti masalahnya adalah tidak ada cukup orang untuk berkeliling di Jepang." [ast/eta]