WAHANANEWS.CO, Jakarta - Rusia menggempur sejumlah kota di Ukraina dengan 367 drone dan puluhan rudal sejak Sabtu (24/5/2025). Serangan besar-besaran ini menewaskan 12 orang dan melukai puluhan lainnya.
Menteri Dalam Negeri Ukraina, Ihor Klymenko, menyebut serangan itu sebagai yang terbesar sejak perang dimulai.
Baca Juga:
Rusia Banjiri Ukraina dengan 355 Drone, Trump Meledak: Putin Sudah Gila!
"Ini adalah serangan gabungan yang kejam, yang ditujukan kepada warga sipil. Musuh (Rusia) sekali lagi menunjukkan bahwa tujuannya adalah ketakutan dan kematian," ujar Klymenko, dikutip Reuters.
Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan total 298 drone dan 69 rudal dalam serangan tersebut, dan mengklaim berhasil menembak jatuh 266 drone serta 45 rudal. Serangan masih berlangsung hingga Minggu, 25 Mei.
Kerusakan dilaporkan terjadi di berbagai wilayah, termasuk ibu kota Kyiv, Kharkiv di timur laut, Mykolaiv di selatan, dan Ternopil di bagian barat negara itu.
Baca Juga:
Kyiv Kelimpungan Dikepung 250 Drone dan 14 Rudal Rusia
Di Kyiv, militer setempat mencatat 11 orang terluka akibat serangan drone, namun tidak ada korban jiwa. Empat orang dilaporkan tewas di wilayah sekitar ibu kota.
Sementara di Kharkiv, Wali Kota Ihor Terekhov menyatakan tiga distrik dihantam drone Rusia, melukai tiga orang dan merusak jendela di sejumlah gedung apartemen.
Menanggapi serangan ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Amerika Serikat untuk mengambil sikap.
"Diamnya Amerika dan diamnya pihak lain di dunia, hanya akan menyemangati Putin. Setiap serangan teroris Rusia adalah alasan yang cukup untuk memberikan sanksi baru terhadap Rusia," tulis Zelensky melalui Telegram.
Dari pihak Amerika, Presiden Donald Trump memberikan pernyataan yang menyiratkan ketidaksenangannya terhadap aksi Rusia.
"Saya tidak senang dengan apa yang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang dan saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putin," ucap Trump.
"Saya sudah lama mengenalnya. Saya selalu akur dengannya, tetapi dia mengirim rudal ke kota-kota dan membunuh orang, dan saya sama sekali tidak menyukainya," tambahnya.
Ironisnya, serangan ini terjadi di tengah persiapan pertukaran tahanan antara kedua negara, di mana masing-masing pihak sepakat menukar 1.000 orang tahanan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]