WahanaNews.co | Sekitar
100 orang di Kuba ditangkap usai mereka melangsungkan protes anti-pemerintah.
Mereka mengkritik kondisi krisis, hingga terjadi lonjakan harga pangan dan
kelangkaan obat.
Baca Juga:
Harga BBM-nya Naik 500%, Dulu Negara Kaya Kini Bangkrut
Dilansir dari AFP, Rabu (14/7/2021), lebih dari 100 orang,
termasuk jurnalis independen, dan pembangkang, telah ditangkap usai protes
anti-pemerintah di Kuba. Pengamat dan aktivis menyebut beberapa masih di tahan
pada Selasa (14/7) waktu setempat.
"Mereka membawanya dari rumah, diborgol dan dipukuli,
tanpa baju, tanpa masker," kata seorang wanita berusia 50 tahun.
"Mereka mengambil banyak orang dari lingkungan, tua,
muda," katanya.
Baca Juga:
Peresmian Cafe & Resto 007 Berjalan Dengan Meriah
Diketahui, pada Minggu (11/7), terjadi demonstran yang
meneriakkan turunnya pemerintahan komunis di negara tersebut. Protes di 40
lokasi itu, dibubarkan oleh polisi.
lalu, pada Senin (12/7) malam sekitar 100 orang pemprotes
kembali berkumpul di Havana. Gerakan protes kebebasan berbicara San Isidro
Kuba, menerbitkan daftar di twitter bahwa ada 144 orang yang ditahan atau
dilaporkan hilang.
Unjuk rasa terjadi ketika negara itu mengalami krisis
ekonomi terburuk dalam 30 tahun. Terjadi kekurangan listrik, makanan dan
obat-obat kronis dan memburuknya pandemi virus Corona (COVID-19).
Krisis ekonomi yang mendekap Kuba sejak dua tahun terakhir
semakin memburuk akibat pandemi. Rendahnya kinerja pemerintah di negeri dengan
sistem satu partai itu kian melengkapi penderitaan warga. Tahun lalu,
perekonomian Kuba menyusut 10,9 persen. Pada Juli 2021 saja, pemerintah
mencatat kontraksi sebesar dua persen.
Akibatnya kelangkaan bahan pangan dan obat-obatan meruak.
Warga harus mengantre selama berjam-jam buat membeli kebutuhan pokok, atau obat
untuk yang sakit.
"Kami sudah muak dengan antrean dan kelangkaan. Sebab
itu saya ada di sini," kata seorang demonstran pria paruh baya kepada
Associated Press. [dhn]