WahanaNews.co | Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg mengimbau negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu mengirim lebih banyak senjata untuk membantu Ukraina, menurut hasil wawancara yang disiarkan pada Jumat (30/12/22).
"Saya mengimbau anggota untuk berbuat lebih banyak. Adalah kepentingan keamanan kita semua untuk memastikan kemenangan Ukraina dan (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak menang," kata Stoltenberg kepada kantor berita Jerman DPA.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Menurut Stoltenberg, mungkin lebih penting bahwa Ukraina menerima cukup amunisi untuk sistem yang sudah ada karena kebutuhan negara itu akan amunisi dan suku cadang "sangat besar".
Pekan lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pidatonya kepada sekelompok pemimpin negara-negara Barat meminta berbagai macam senjata dan sistem pertahanan udara untuk membantu upaya melawan invasi Rusia.
Selain itu, Amerika Serikat pekan lalu mengumumkan bantuan tambahan hampir dua miliar dolar AS (sekitar Rp31,39 triliun), termasuk Sistem Pertahanan Udara Patriot, yang bisa membantu memberikan perlindungan terhadap rudal pesawat, jelajah, dan balistik.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Stoltenberg mengatakan kepada DPA bahwa dukungan militer untuk Ukraina adalah cara tercepat menuju perdamaian.
"Kami tahu bahwa sebagian besar perang berakhir di meja perundingan --mungkin perang ini juga-- tetapi kami tahu bahwa apa yang dapat dicapai Ukraina dalam perundingan ini sangat bergantung pada situasi militer," katanya.
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dalam langkah yang disebut Putin sebagai "operasi militer khusus" terhadap apa yang dia anggap sebagai ancaman terhadap keamanan Rusia.
Ukraina dan negara-negara Barat sekutunya mengecam tindakan Rusia sebagai perampasan tanah dengan gaya imperialis. Mereka juga menjatuhkan sanksi untuk mencoba melemahkan kekuatan Rusia.
Perang yang sudah berlangsung selama 11 bulan itu telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi dan kota-kota menjadi reruntuhan, mengguncang ekonomi global, serta menaikkan harga energi dan pangan.[zbr]