WahanaNews.co, Jakarta - Sekjen PBB António Guterres memperingatkan bahwa risiko pecahnya perang nuklir semakin meningkat, salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).
Dalam pidato pembukaan pertemuan tahunan Asosiasi Pengendalian Senjata (ACA), Guterres mengungkapkan kekhawatirannya mengenai bahaya AI.
Baca Juga:
Kemendikdasmen Siapkan Generasi Emas Lewat Pelajaran AI dan Coding di SD
Menurut Guterres, situasi manusia saat ini mirip dengan hidup di bawah ancaman senjata nuklir. Risiko penggunaan senjata nuklir saat ini setara dengan masa Perang Dingin.
Penggunaan teknologi AI dalam persenjataan, lanjutnya, memperbesar ancaman secara signifikan.
"Kemanusiaan berada di ujung pisau," kata Guterres. "Negara-negara sekarang terlibat dalam perlombaan senjata kualitatif. Teknologi seperti AI meningkatkan bahaya berlipat ganda."
Baca Juga:
Bisa Jadi Saingan Google, Meta Kembangkan Mesin Pencari AI Sendiri
Selain itu, kerja sama untuk mencegah penggunaan, pengujian, dan penyebaran senjata nuklir semakin melemah.
"Semua negara harus mengambil tindakan, tetapi negara-negara pemilik senjata nuklir harus menjadi pemimpin," katanya. "Saya mendorong Amerika Serikat dan Rusia untuk kembali berunding, mengimplementasikan kesepakatan New START, dan merancang perjanjian penerusnya."
Menurut The Guardian, pernyataan Guterres mencerminkan perubahan sikap PBB terhadap bahaya AI. Guterres tampaknya ingin menekankan agar AI tidak digunakan dalam sistem persenjataan nuklir.
Ide penggunaan AI untuk mengendalikan senjata nuklir sempat muncul di Amerika Serikat. Namun, beberapa anggota kongres AS segera merespons dan mengusulkan undang-undang yang melarang peluncuran nuklir otomatis tanpa keterlibatan manusia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]