WahanaNews.co | China telah memblokir atau menutup lebih dari 1.000 akun media sosial yang mengkritik kebijakan pemerintah soal Covid-19.
Jaringan sosial populer China, Weibo, mengatakan telah mengambil tindakan terhadap 12.854 pelanggaran, termasuk serangan terhadap para ahli, peneliti, dan dokter. Mereka mengungkapkan bahwa mereka telah menutup sementara atau secara permanen 1.120 akun.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Partai Komunis yang berkuasa sebagian besar mengandalkan komunitas medis untuk membenarkan lockdown ketat, karantina dan pengetesan massal yang hampir semuanya tidak dilakukan bulan lalu.
Hal ini mengakibatkan lonjakan kasus baru dan menghabiskan sumber daya medis hingga batas terakhir.
Partai Komunis tidak mengizinkan kritik langsung dan memberlakukan pembatasan ketat pada kebebasan berbicara.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Weibo dalam pernyataan resminya mengatakan perusahaan akan terus melakukan penyelidikan dan pembersihan semua jenis konten ilegal dan menciptakan lingkungan komunitas yang harmonis dan ramah bagi sebagian besar pengguna.
Kritik masyarakat sebagian besar fokus pada penegakan peraturan yang keras, termasuk pembatasan perjalanan terbuka yang membuat orang-orang terkurung di rumah selama berminggu-minggu, terkadang disegel di dalam tanpa makanan atau perawatan medis yang memadai.
Kemarahan juga dilampiaskan atas persyaratan bahwa siapa pun yang berpotensi dites positif atau telah melakukan kontak dengan orang terebut harus dikurung untuk observasi di rumah sakit lapangan.
Demonstrasi bermunculan di mana-mana, termasuk di Beijing dan kota-kota lain yang sangat jarang terjadi.
Partai Komunis sejauh ini sudah berupaya melonggarkan aturan ketat. Misalnya tidak lagi mengajukan tuntutan pidana terhadap orang yang dituduh melanggar peraturan karantina perbatasan.
Individu yang sudah ditahan akan dibebaskan dan asetnya yang disita dikembalikan.
Melansir CNNIndonesia.com, China saat ini sedang menghadapi lonjakan kasus dan rawat inap di kota-kota besar serta bersiap atas penyebaran lebih luas usai meningkatnya perjalanan menjelang Tahun Baru Imlek.
Kementerian Perhubungan setempat mengimbau warga mengurangi perjalanan dan pertemuan, terutama bila melibatkan orang lanjut usia, ibu hamil, anak kecil dan mereka yang punya kondisi bawaan.
Orang-orang yang menggunakan transportasi publik disarankan memakai masker. [eta]