WAHANANEWS.CO, Jakarta - Militer Israel terus melancarkan serangan udara di Gaza, meski gencatan senjata baru saja diumumkan. Laporan dari otoritas setempat pada Rabu (15/1/2025) dan Kamis (16/1/2025) mengungkapkan pengeboman tanpa henti yang menewaskan setidaknya 77 orang, termasuk 21 anak-anak dan 25 wanita.
Meskipun Israel menunda pemungutan suara kabinet mengenai perjanjian gencatan senjata dan menuduh Hamas tidak memenuhi sebagian kesepakatan, Hamas menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan gencatan senjata.
Baca Juga:
Al Awda, RS Terakhir di Gaza Utara usai RS Indonesia Lumpuh di Bom Israel
Meskipun ada ketegangan, tidak ada indikasi bahwa perjanjian gencatan senjata akan gagal.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Jon Finer, menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden sepenuhnya mendukung pelaksanaan gencatan senjata dan penyerahan sandera pada Minggu depan.
Namun, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, dari Partai Zionis sayap kanan, mengancam akan keluar dari koalisi jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak melanjutkan perang setelah tahap pertama gencatan senjata, yang bisa mengguncang pemerintahan Israel.
Baca Juga:
815 Masjid dan 3 Gereja Palestina Hancur Akibat Serangan Israel Sepanjang 2024
Sementara itu, warga Palestina di Gaza merasa cemas menjelang dimulainya gencatan senjata pada 19 Januari mendatang.
Meskipun ada kebahagiaan karena serangan Israel akan segera berhenti, banyak yang khawatir serangan akan meningkat di menit-menit terakhir.
Perjanjian gencatan senjata ini akan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama mencakup pembebasan sandera perempuan, anak-anak, dan lansia, penghentian serangan, serta peningkatan bantuan kemanusiaan.