WahanaNews.co | Negara-negara di dunia mulai mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC/Mata Uang Digital Bank
Sentral).
Dalam perkembangannya, China berhasil
mengalahkan Amerika Serikat dalam hal inovasi uang online ini.
Baca Juga:
Per Agustus 2022, Transaksi Yuan Digital Tembus 100 Miliar
Capaian China ini diyakini
dapat menimbulkan tantangan besar terhadap status dolar AS sebagai cadangan
moneter de facto.
Dilansir Senin (26/7/2021), CBDC
adalah bentuk uang yang diatur oleh pemerintah, tetapi
bentuk uang ini sepenuhnya online.
China telah meluncurkan yuan
digitalnya ke lebih dari satu juta warga China, sementara AS sebagian besar
masih fokus pada penelitian.
Baca Juga:
China: Wahai AS, Jangan Campuri Hak Kami soal Perang Rusia-Ukraina!
Dua kelompok yang ditugaskan untuk
penelitian ini di AS, Inisiatif Mata Uang Digital MIT dan Federal Reserve Bank of Boston, masih
mengurai seperti apa mata uang digital bagi orang Amerika.
Privasi adalah perhatian utama riset
ini.
"Saya pikir jika ada dolar
digital, privasi akan menjadi bagian yang sangat, sangat penting dari itu.
Amerika Serikat sangat berbeda dari China," kata Neha Narula, Direktur Inisiatif Mata Uang Digital di MIT Media Lab.
Kekhawatiran lainnya adalah
aksesibilitas uang digital, menurut Pew
Research Center, 7% orang Amerika mengatakan mereka tidak menggunakan
internet.
Mulai dari orang tua hingga penyandang
disabilitas banyak yang mengaku tidak pernah dan tidak mengerti internet.
Itu adalah bagian dari apa yang sedang
diteliti MIT.
"Sebagian besar pekerjaan yang
kami lakukan mengasumsikan bahwa CBDC akan hidup berdampingan dengan uang tunai
fisik dan pengguna masih dapat menggunakan uang tunai fisik jika mereka
mau," kata Narula.
Beberapa pihak di AS pun menilai, kemunculan yuan digital sebagai
sesuatu ancaman yang berbahaya.
Bahkan, secara sinis, mereka menilai China akan
mengeskpor sikap otoriternya tentang teknologi digital ini di berbagai belahan negara
berkembang, termasuk Indonesia.
"Yuan digital adalah ancaman
terbesar bagi Barat yang kami hadapi dalam 30-40 tahun
terakhir. Ini memungkinkan China untuk mendapatkan cakar mereka ke semua orang
di Barat dan memungkinkan mereka untuk mengekspor otoritarianisme digital
mereka," kata Kyle Bass dari Hayman
Capital Management. [dhn]