Namun, hal tersebut tidak tercermin dalam kabinet sementara yang diresmikan Taliban baru-baru ini.
Sejauh ini, isi dari setidaknya 33 anggota kabinet pemerintahan Afghanistan diisi oleh petinggi veteran Taliban, tanpa ada perwakilan dari kelompok dan golongan lain di negara itu, termasuk dari kaum perempuan.
Baca Juga:
Politikus PDIP: Taliban Ngaku Moderat, Tapi Naruh Perempuan Cuma Jadi Tukang Hamil
Meski begitu, Taliban telah menyatakan, kaum perempuan Afghanistan diizinkan untuk bersekolah sampai perguruan tinggi, bahkan hingga program pascasarjana.
Namun, kelompok itu tetap menerapkan sejumlah kebijakan yang membatasi kaum perempuan, misalnya kewajiban bagi perempuan memakai pakaian Islami seperti hijab, belajar di kelas terpisah dengan siswa laki-laki, hingga pengawasan setiap pelajaran yang diambil mereka.
"Kami tidak akan mengizinkan anak laki-laki dan perempuan untuk belajar bersama," kata Menteri Pendidikan Tinggi Afghanistan, Abdul Baqi Haqqani.
Baca Juga:
Taliban Izinkan Perempuan Afghanistan Kuliah, Tapi…
"Kami tidak akan mengizinkan (mereka) menjalani pendidikan bersama," paparnya, menambahkan.
Tak hanya itu, perempuan Afghanistan juga dilarang berolahraga.
Menurut Taliban, olahraga tidak penting bagi kaum perempuan dan hanya membahayakan wanita, lantaran berisiko mengekspose bagian tubuh mereka.