WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam perkembangan mencengangkan di medan tempur Laut Hitam, Ukraina kembali menunjukkan inovasi militernya yang tak terduga.
Kali ini, bukan kapal perang atau pesawat tempur, tetapi sebuah drone maritim berhasil mencatat sejarah sebagai senjata nirawak pertama yang menembak jatuh jet tempur Rusia di perairan sengketa tersebut.
Baca Juga:
Malam-malam Tak Lagi Tenang, Drone Iblis dari Rusia Siap Hantam Jantung Ukraina
Langkah ini menjadi bukti bagaimana kecanggihan teknologi dan kreativitas operasional Ukraina terus mendobrak pakem peperangan konvensional.
Pada Jumat lalu, sebuah drone permukaan tak berawak (USV) milik Ukraina berhasil menembak jatuh jet tempur Su-30 Flanker milik Rusia di atas Laut Hitam, menandai pencapaian perdana di dunia: pertama kalinya sebuah drone laut mampu menghancurkan jet tempur modern.
Informasi tersebut disampaikan oleh militer Ukraina dan dilansir oleh Kyiv Independent pada Minggu (4/5/2025).
Baca Juga:
J-10C dan Su-35, Duet Maut Baru yang Siap Perkuat Langit Indonesia
USV yang digunakan dioperasikan oleh unit intelijen militer Ukraina yang dikenal dengan nama "Group 13" di bawah Direktorat Intelijen Utama (HUR).
Insiden terjadi di wilayah perairan dekat pangkalan angkatan laut strategis Rusia di Novorossiysk, Laut Hitam bagian timur.
"Ini adalah penghancuran pesawat tempur pertama di dunia oleh drone maritim," demikian pernyataan resmi dari HUR.
Jet Su-30 yang ditaksir bernilai sekitar 50 juta dolar AS, atau lebih dari Rp800 miliar, dikerahkan Rusia untuk mencegat ancaman dari USV yang mendekati pangkalan-pangkalan vital mereka di Novorossiysk dan Kerch.
Jet tersebut dilaporkan terbang rendah guna menyerang drone dengan kanon atau roket tanpa kendali, sebuah taktik yang berujung fatal.
Group 13 sebelumnya dikaitkan dengan penggunaan USV tipe Magura V5, yang sempat dilaporkan membawa rudal udara-ke-udara AA-12 Archer dan dijuluki “Sea Dragon”.
Meski demikian, belum ada kepastian bahwa rudal itulah yang digunakan dalam insiden penembakan jet Su-30 tersebut.
Magura V5 sendiri adalah platform tempur laut canggih yang dilengkapi dengan kamera, sistem navigasi GPS, dan teknologi kendali otonom, yang memungkinkannya beroperasi secara independen atau dikendalikan dari jarak jauh.
Karakteristik desainnya, berprofil rendah dan berpenampang radar kecil, memberikan keunggulan dalam menghindari deteksi, terutama di wilayah Laut Hitam yang padat pertahanan udara Rusia.
Drone ini merupakan hasil kolaborasi teknologi antara Ukraina dan sekutu-sekutunya di Barat, termasuk Inggris. Pengembangannya mencerminkan adaptasi cepat Ukraina terhadap dinamika peperangan abad ke-21.
Sejak diperkenalkan, Magura V5 telah sukses menenggelamkan atau merusak berbagai kapal perang dan kapal pendukung Rusia, termasuk peristiwa penenggelaman kapal penjelajah Moskva pada 2022, yang menjadi titik balik signifikan dalam konflik Laut Hitam.
Dalam operasi terbaru ini, dugaan mengarah pada penggunaan rudal R-73—yang dikenal dalam NATO sebagai AA-11 Archer—sebagai senjata pemusnah Su-30.
Rudal udara-ke-udara generasi Soviet ini dikenal karena kelincahannya, sistem pelacak inframerah, dan kemampuannya mengunci target berdasarkan panas mesin.
R-73 memiliki berat sekitar 230 pon, jangkauan operasional hingga 18 mil, dan kemampuan menyerang target dari sudut 60 derajat dari garis pandang.
Hulu ledaknya yang membawa 16 pon bahan peledak tinggi mampu merontokkan pesawat hanya dengan satu tembakan tepat sasaran.
Laporan media Ukraina menyebutkan bahwa para teknisi di Kyiv berhasil memodifikasi rudal tersebut agar dapat diluncurkan dari Magura V5, meskipun semula dirancang untuk jet tempur MiG-29 atau Su-27.
Modifikasi kemungkinan melibatkan desain ulang peluncur dan integrasi sistem penargetan baru yang kompatibel dengan perangkat elektronik di drone.
Keberhasilan ini bukan sekadar kemenangan taktis, tetapi juga simbol kecerdikan dan daya adaptasi Ukraina dalam menghadapi kekuatan militer Rusia yang superior di udara.
Dengan menyatukan teknologi lama dan baru, Ukraina menunjukkan bahwa peperangan modern bukan hanya tentang jumlah dan kekuatan, tetapi juga tentang inovasi dan kecermatan strategi.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]