WahanaNews.co, Jakarta - Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa saat ini terdapat 166 warga negara Indonesia (WNI) yang menghadapi risiko hukuman mati di luar negeri.
"Kasus paling banyak tercatat di Malaysia terkait peredaran narkotika, sementara yang lainnya tersebar di negara-negara lain, termasuk di Timur Tengah, yang terkait dengan tindak pembunuhan," ujar Judha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, mengutip Antara, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga:
Duka di Negeri Orang, WNI Tewas di Tangan Teman Serumah di Philadelphia
Dari segi jenis kelamin, WNI yang terancam hukuman mati terdiri dari 133 laki-laki dan 33 perempuan.
Dalam hal jenis kasus, terdapat 58 orang WNI yang menghadapi ancaman hukuman mati karena terlibat dalam kasus pembunuhan, sedangkan 108 orang lainnya terkait dengan kasus peredaran narkotika.
“Dalam berbagai upaya penanganan, karena ini adalah kasus yang kita klasifikasikan sebagai kasus high profile, kita ingin pastikan negara hadir sejak awal kasus,” tutur Judha.
Baca Juga:
14 WNI di Hong Kong Terlibat Pencucian Uang, Kemlu RI Buka Suara
Dia memastikan bahwa pemerintah melalui perwakilan-perwakilan RI di luar negeri memberikan pendampingan hukum dengan menyediakan pengacara dan penterjemah bagi para WNI.
Para WNI diupayakan untuk mendapat akses kekonsuleran agar mereka bisa terpenuhi hak-haknya selama menjalani proses hukum.
“Peran pemerintah (Indonesia) di sini bukan untuk memberikan impunitas, jadi kita tidak akan mengintervensi substansi kasusnya di pengadilan karena itu adalah yurisdiksi dan kedaulatan hukum setempat,” ujar Judha.
Selain pendampingan hukum, pemerintah juga melakukan upaya diplomatik khususnya untuk kasus-kasus yang sudah diputuskan berkekuatan hukum tetap (incracht), antara lain melalui pengiriman surat permohonan pengampunan dari dubes RI maupun dari Presiden RI.
Kemlu pun berupaya melakukan family engagement dan family reunion guna mempertemukan keluarga WNI dengan para WNI di penjara.
“Ini penting untuk memberi kesempatan bagi mereka untuk saling melepas rindu, sehingga mereka merasa lebih nyaman karena bisa berkontak langsung dengan keluarga,” kata Judha.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]