WahanaNews.co | Ahli mengungkap teka-teki runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC) usai ditabrak dua pesawat pada serangan 9/11.
Menurut Ilmuwan senior, Christian Simensen, dari SINTEF Materials and Chemistry, keruntuhan gedung kembar itu akibat pertemuan dari alumunium cair dan air menyebabkan reaksi ledakan yang menghancurkan Twin Tower World Trade Center (WTC) pada serangan 9/11 pada 2001 silam.
Baca Juga:
Cerita Marshanda yang Diperlakukan Agresif saat di RSJ Los Angeles
Ia menuturkan bahwa campuran air dari sistem penyiram kebakaran (sprinkler) dan aluminium cair dari lambung pesawat yang meleleh menciptakan ledakan yang menyebabkan runtuhnya dua Menara kembar (WTC 1 dan 2) di Manhattan, Amerika Serikat.
"Kedua eksperimen ilmiah dan 250 laporan bencana yang diderita oleh industri aluminium telah menunjukkan bahwa kombinasi aluminium cair dan air melepaskan ledakan besar," kata Simensen, seperti dikutip dari Science Daily (21/9/2011).
Baca Juga:
Skenario Spionase AS Lacak Pemimpin Al Qaeda di Kabul
Spekulasi yang Muncul
Serangan 9/11 yang menghantam menara kembar di World Trade Center (WTC) sempat menjadi perdebatan soal keanehan dariruntuhnya tiga gedung yang ada di kawasan itu.
Pasalnya, mereka tak yakin hanya akibat tabrakan pesawat bisa meruntuhkan dua menara (Menara Kembar WTC 1 dan 2) itu dalam sekejap.
Apalagi ketika gedung ketiga yang disebut WTC 7 tiba-tiba runtuh dengan sendirinya tujuh jam setelah keruntuhan menara kembar.
Hal ini lantas memancing spekulasi para ahli teori konspirasi yang menyebut gedung-gedung WTC telah dipasangi kabel dengan bahan peledak terlebih dahulu.
Sehingga ketiga menara itu bisa langsung diratakan dengan serangkaian penghancuran terkontrol.
Keruntuhan WTC 7 yang tiba-tiba pun makin menguatkan mereka yang percaya bahwa hal itu adalah bukti utama bahwa pemerintah AS mengatur atau bersekongkol dalam serangan 9/11.
Pasalnya, tidak ada pesawat yang menabrak gedung WTC 7 itu.
Selain itu, dari luar gedung itu secara umum menunjukkan tanda kerusakan yang signifikan.
Namun, pada pukul 17.20, 7 jam setelah keruntuhan menara kembar, gedung ini runtuh tiba-tiba.
WTC 7 sendiri adalah gedung yang lebih pendek yang ada di dekat menara kembar dan digunakan sebagai kantor kantor intelejen CIA dan pasukan pengamanan Presiden dan Wakil Presiden AS Secret Service.
Simensen menjelaskan bahwa ledakan dapat menghancurkan hampir seluruh Gedung karena ledakan dari reaksi aluminium dan air seperti ledakan dinamit.
Sehingga ia menilai bahwa hal tersebut cukup kuat untuk menghancurkan bangunan.
"Bagian atas akan jatuh di atas bagian yang tersisa di bawah, dan beratnya lantai atas cukup untuk menghancurkan bagian bawah bangunan," ujarnya.
Tepat sebelum dua gedung pencakar langit New York runtuh, ledakan kuat di dalam gedung terdengar cukup kuat, membuat banyak orang percaya bahwa balok baja yang terlalu panas di gedung itu bukanlah penyebab keruntuhan.
Simensen menjelaskan bahwa pesawat yang menabrak Gedung menyebabkan bahan-bahan di sepanjang jalur tabrakan ikut terbakar.
Namun zona yang benar-benar panas adalah pada titik pesawat berhenti.
Hal tersebut menyebabkan lambung pesawat menyerap panas yang sebagian besar berasal dari bahan bakar pesawat yang terbakar.
Kemudian, panas tersebut melelehkan aluminium lambung pesawat, dan aluminium cair kemudian menetes ke bawah dan bertemu dengan air sehingga mengalami reaksi kimia.
"Saya percaya beberapa tangki bahan bakar pesawat pasti mengalami kerusakan besar, tetapi sebagian besar dari mereka akan terbelah dua ketika mereka bertemu dengan balok baja di gedung-gedung, dan oleh karena itu perkembangan api cukup konstan," paparnya.
Lebih lanjut, ilmuwan material SINTEF itu juga meyakini bahwa pesawat-pesawat berhenti di semacam cekungan puing-puing bangunan.
Paduan aluminium lambung pesawat, kata Simensen, akan meleleh pada suhu 660 derajat Celcius.
"Jika aluminium cair dipanaskan lebih lanjut hingga suhu 750 derajat celcius, menjadi cair seperti air. Saya menduga bahwa inilah yang terjadi di dalam Twin Tower, dan aluminium cair kemudian mulai mengalir ke lantai di bawahnya," katanya.
Alumunium, kata Simensen, akan segera bereaksi terhadap air dan reaksi ini juga melepaskan hidrogen.
Reaksi seperti itu sangat kuat ketika katalis hadir, dan dapat menaikan suhu hingga lebih dari 1500 derajat celcius.
"Industri aluminium telah melaporkan lebih dari 250 ledakan aluminium-air sejak tahun 1980. Alcoa Aluminium melakukan percobaan di bawah kondisi terkendali, di mana 20 kilogram aluminium yang dilebur dibiarkan bereaksi dengan 20 kilogram air, yang ditambahkan beberapa karat. Ledakan itu menghancurkan seluruh laboratorium dan meninggalkan kawah berdiameter 30 meter," kata Simensen.
Laporan resmi tentang runtuhnya Gedung pencakar langit WTC sebelumnya sudah disusun oleh komisi yang ditunjuk oleh pemerintah federal dan sejak itu didukung oleh publikasi lain.
Laporan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa disebabkan oleh pemanasan dan struktur baja yang lemah di tengah bangunan.
Namun, menurut Simensen kesimpulan tersebut tidak akurat dan dinilai terlalu terburu buru.
"Komisi pemerintah federal tidak cukup memperhitungkan fakta bahwa pesawat membawa 30 ton aluminium ke masing-masing dari dua Menara," katanya. [dhn]