WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan di Timur Tengah meledak menjadi aksi militer terbuka. Iran menggempur Israel dengan rentetan rudal balistik dalam serangan yang mengejutkan pada Jumat (13/6/2025) malam.
Serangan ini merupakan kelanjutan dari eskalasi berdarah setelah kematian sejumlah jenderal penting Iran akibat serangan udara Israel sebelumnya.
Baca Juga:
Tarifnya Rp24 Juta per Rumah, Terungkap Skema Penghancuran Brutal Israel di Gaza
Warga Israel dilanda kepanikan massal, berlarian mencari perlindungan ketika sistem peringatan dini berbunyi. Langit malam berubah menjadi medan perang.
Rudal-rudal berkecepatan tinggi meluncur deras menuju wilayah Israel, memaksa pertahanan udara IDF bekerja ekstra keras.
Juru bicara militer Israel (IDF), Brigadir Jenderal Effie Defrin, menyebut sebagian besar rudal berhasil dicegat sistem pertahanan udara atau jatuh sebelum sempat mencapai sasaran.
Baca Juga:
Blokade Gila Israel Bunuh 66 Anak Gaza, Dunia Internasional Bungkam
“Ada sejumlah kecil benturan pada gedung, beberapa disebabkan oleh pecahan intersepsi,” katanya.
Namun, serangan itu tetap menimbulkan korban.
Lebih dari 60 orang dilaporkan terluka. Seorang perempuan dalam kondisi kritis, satu lainnya luka berat, delapan orang luka sedang, sisanya luka ringan atau mengalami kecemasan berat.
Banyak dari korban luka serius diketahui tidak berada di tempat perlindungan ketika serangan terjadi.
Media pemerintah Iran mengklaim mereka meluncurkan ratusan rudal, namun IDF memperkirakan jumlahnya hanya puluhan, dan sebagian menghantam wilayah tengah Israel.
Ledakan besar terdengar hingga Tel Aviv, dengan asap mengepul dari titik-titik benturan.
Satuan Komando Front Dalam Negeri IDF dilaporkan berhasil menyelamatkan seorang warga sipil dari salah satu bangunan yang terkena hantaman rudal balistik di wilayah Tel Aviv.
Pecahan besar dari rudal yang berhasil dicegat juga menghantam kota di Israel utara dan menyebabkan kerusakan material.
Seorang pejabat Amerika Serikat yang dikutip AFP menyatakan bahwa Washington memberikan bantuan pertahanan kepada Israel, meskipun tak dijelaskan secara rinci sejauh mana peran AS dalam momen kritis tersebut.
IDF mengimbau warga untuk tidak menyebarkan video atau lokasi dampak rudal di media sosial, dengan alasan keamanan.
“Musuh memantau rekaman tersebut untuk meningkatkan kemampuan serangannya,” tegas militer Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menganggap serangan Iran sebagai tindakan ekstrem yang melewati “batas merah”.
“Kami akan terus membela warga Israel dan memastikan bahwa rezim Ayatollah membayar harga yang sangat mahal atas tindakan kejinya,” ujarnya.
Iran menamakan gempuran rudal ini sebagai “Operasi True Promise III”.
Menurut kantor berita Tasnim, serangan ditujukan langsung ke pangkalan militer, kementerian perang, dan kementerian keamanan nasional Israel.
Serangan balasan ini merupakan respons atas tewasnya sejumlah tokoh penting Iran, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Hossein Baqeri; Panglima IRGC, Mayor Jenderal Hossein Salami; Panglima Komando Khatam al-Anbia, Mayor Jenderal Gholam Ali Rashid; dan Panglima Dirgantara IRGC, Mayor Jenderal Amir Ali Hajizadeh. Selain itu, enam ilmuwan nuklir Iran juga dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel yang memicu pembalasan dahsyat ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]