WahanaNews.co | Pemerintah Ukraina menolak mengakui bahwa pihaknya telah mengeksekusi secara sadis lebih dari 10 tawanan perang Rusia .
Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia pada hari Minggu mengatakan yang terjadi adalah tentara Ukraina membela diri dengan melawan tentara Rusia yang berpura-pura menyerah.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Video yang beredar di media sosial Rusia pekan lalu menunjukkan sekitar 10 mayat prajurit Moskow dieksekusi pasukan Kiev dengan tembakan di kepala.
"Kutipan dari sebuah video menunjukkan bahwa Rusia menggunakan penangkapan bertahap... melakukan kejahatan perang dengan melepaskan tembakan ke Angkatan Bersenjata Ukraina," kata ombudsman Ukraina Dmytro Lubinets.
"Ini berarti para prajurit [yang dibunuh] tidak dapat dianggap sebagai tawanan perang," ujarnya.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
"Mereka yang ingin menggunakan perlindungan hukum internasional untuk membunuh harus dihukum," imbuh dia, seperti dikutip AFP, Senin (21/11/2022).
Satu video yang beredar di media sosial menunjukkan para tentara Rusia tampaknya menyerahkan diri kepada beberapa personel militer Ukraina.
Para tentara Rusia terlihat berbaring di tanah di halaman belakang rumah yang dipenuhi puing-puing.
Video tiba-tiba terputus saat tembakan terdengar.
Rekaman video lainnya yang diambil dari atas menunjukkan tubuh sekitar selusin orang dikelilingi oleh noda darah.
Keaslian video itu belum bisa diverifikasi secara independen.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa video tersebut menunjukkan pembunuhan yang disengaja dan metodis terhadap lebih dari 10 tentara Rusia yang ditahan.
Kementerian itu menyerukan penyelidikan atas kejahatan perang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengutuk penembakan tanpa ampun terhadap tahanan Rusia yang tidak bersenjata dan menuntut agar organisasi internasional mengutuk dan menyelidiki secara menyeluruh kejahatan yang mengejutkan tersebut.
Seorang juru bicara PBB mengatakan kepada AFP pada hari Jumat pekan lalu bahwa pihaknya mengetahui adanya video itu dan sedang menyelidikinya. [rna]