WahanaNews.co | Korban tewas akibat jatuhnya pesawat maskapai Nepal, Yeti Airlines, bertambah lagi. Setidaknya, saat ini korban tewas susah 68 orang.
Tragedi ini tercatat sebagai kecelakaan udara yang terburuk dan paling mematikan dalam 30 tahun atau tiga dekade terakhir di Nepal.
Baca Juga:
29 Orang Meninggal Akibat Cuaca Hujan dan Badai Petir di Pakistan
Seperti dilansir Reuters, Senin (16/1/2023), ratusan petugas penyelamat menyisir area lereng bukit di wilayah Pokhara yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat jenis ATR 72 yang membawa 72 orang itu. Pesawat itu jatuh saat mengudara dari ibu kota Kathmandu pada Minggu (15/1).
Operasi pencarian di dekat lokasi jatuhnya pesawat dihentikan sementara pada Minggu malam dan akan dilanjutkan pada Senin (16/1) waktu setempat.
Tayangan televisi lokal sebelumnya menunjukkan para petugas penyelamat melakukan pencarian di sekitar puing pesawat yang hancur. Beberapa bagian tanah di dekat lokasi jatuhnya pesawat terlihat hangus, dengan jilatan api sempat terlihat.
Baca Juga:
Asif Ali Zardari Terpilih Sebagai Presiden ke-14 Pakistan dalam Pemilu 2024
Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan menyebut pesawat itu sempat melakukan kontak dengan bandara Pokhara dari Seti George pada Minggu pagi, sekitar pukul 10.50 waktu setempat. "Kemudian pesawat jatuh," sebut Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan dalam pernyataannya.
Dikonfirmasi juga oleh Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan bahwa sedikitnya 68 orang telah dikonfirmasi tewas.
Jatuhnya pesawat Yeti Airlines itu, menurut database Jaringan Keselamatan Penerbangan, merupakan kecelakaan udara paling mematikan di Nepal sejak tahun 1992 silam, atau dalam 30 tahun terakhir.
Diketahui bahwa tahun 1992 silam, sebuah pesawat penumpang jenis Airbus A300 milik maskapai Pakistan International Airlines jatuh ke lereng bukit saat terbang mendekati Kathmandu. Semua 167 orang yang ada di dalam pesawat itu tewas.
Melansir detikcom, dilaporkan juga bahwa nyaris 350 orang tewas sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di wilayah Nepal -- yang menjadi lokasi bagi delapan dari total 14 gunung tertinggi di dunia termasuk Everest, di mana kondisi cuaca bisa berubah secara tiba-tiba yang memicu kondisi berbahaya.
Uni Eropa melarang maskapai-maskapai Nepal mengudara di wilayah udaranya sejak tahun 2013, dengan alasan keamanan.
Penyebab jatuhnya pesawat penumpang milik Yeti Airlines itu belum diketahui secara jelas. Diketahui bahwa kondisi cuaca tergolong cerah saat insiden itu terjadi.
Menteri Keuangan Bishnu Paudel menuturkan bahwa pemerintah Pakistan telah membentuk sebuah panel khusus untuk menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat itu. Panel khusus itu diharapkan telah memberikan laporannya dalam waktu 45 hari ke depan.
Badan penyelidik kecelakaan udara Prancis, BEA, telah menyatakan akan berpartisipasi dalam penyelidikan dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait. [eta]