WAHANANEWS.CO - Banjir di Vietnam disebut sebagai yang terparah dalam 50 tahun terakhir menurut Pusat Prakiraan Hidro-Meteorologi Nasional (NCHMF), kata Direktur NCHMF Mai Van Khiem pada Kamis (27/11/2025), yang menyatakan peristiwa seperti ini nyaris tak pernah terjadi selama lebih dari setengah abad.
Mai Van Khiem menambahkan curah hujan ekstrem yang terjadi di wilayah tengah-selatan Vietnam pada 16 hingga 22 November menjadi peristiwa luar biasa yang melampaui catatan sejarah, melanda provinsi Dak Lak, Gia Lai, dan Lam Dong akibat hujan ekstrem dan krisis iklim.
Baca Juga:
AHY Dorong Konsep Build Back Better untuk Infrastruktur Indonesia Pasca Bencana
Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam mencatat banjir telah menewaskan atau membuat hilang 102 orang, merusak lebih dari 1.150 rumah, serta menghancurkan lebih dari 80.000 hektar lahan padi dan tanaman pangan.
Selain itu, fasilitas transportasi, irigasi, pendidikan, dan kesehatan mengalami kerusakan, dengan total kerugian diperkirakan mencapai US$345 juta menurut laporan kementerian.
Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh meminta tim tanggap darurat bekerja semaksimal mungkin untuk mencari korban, menyelamatkan nyawa warga, merawat korban luka, dan menstabilkan kehidupan sehari-hari, sambil memulihkan kegiatan produksi dan bisnis secepat mungkin.
Baca Juga:
Pendanaan Fosil Dunia Turun 78 Persen, Tapi Jerman dan AS Masih Gelontorkan Dana
Militer Vietnam telah memobilisasi hampir 150.000 personel untuk bantuan dan pemulihan bencana, termasuk mengirim 86,5 ton makanan dan pasokan ke warga terdampak.
Bencana terkait krisis iklim di Vietnam kerap terjadi; sejak awal tahun hingga 24 November, negara itu mengalami 19 topan yang menewaskan atau membuat hilang 409 orang, melukai 727 lainnya, merobohkan lebih dari 3.700 rumah, dan merusak atau menelan atap lebih dari 333.500 rumah lainnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]