Diluar dari kondisi medis, tidak jarang pemberian ASI menjadi terhambat akibat kurangnya dukungan suami dan keluarga, kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan ASI, dan kepercayaan turun temurun yang masih diyakini padahal salah.
Contohnya, suami tidak mendampingi ibu sejak awal kehamilan sampai melahirkan, sehingga ibu merasa sendirian, atau bahkan ditinggal sendirian sehingga ibu stress dan ASI tidak keluar.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Mertua atau keluarga terdekat pun menuntut ibu harus sempurna atau terlalu banyak ikut campur sehingga membuat ibu tertekan.
Sering juga terjadi sindrom asi kurang, dimana ibu merasa ASInya kurang, lalu mertua atau orang tua langsung meminta untuk memberikan susu formula. Padahal sangat normal ASI di 3 hari pertama belum banyak keluar, lambung bayi pun masih sebesar bola kelereng. Selama tidak ada kondisi yang membahayakan bagi bayi seperti dehidrasi, hipoglikemia atau bayi kuning berlebihan, tidak perlu buru-buru diberi susu formula.
Situasi ibu bekerja juga menjadi penyebab pemberian ASI tidak optimal, terutama pada perempuan yang bekerja di sektor tenaga produksi atau buruh pabrik.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Meski sudah ada peraturan bahwa semua anak berhak mendapatkan ASI ekslusif dan perusahaan wajib memberikan cuti selama 3 bulan bagi ibu menyusui, kenyataannya, masih banyak perusahaan dan pabrik yang mengabaikan. Karena itu, dr. Agnes berharap pemerintah bisa lebih tegas dalam menegakkan aturan yang sudah di buat demi masa depan ibu dan anak yang lebih baik.
"Pada kenyataannya di lapangan sering sekali terjadi ibu-ibu ini hanya diberikan cuti 1 bulan, nah ini sebetulnya balik lagi ke pemerintah sih ya. Jadi kita juga tidak bisa terlalu berbuat banyak untuk masyarakat jika undang-undang yang sudah ada itu dilanggar terus. Harusnya sih pemerintahnya juga tegas, dan memberikan sangsi bagi perusahaan yang mempersulit ibu menyusui di tempat kerja," jelas Agnes.
Selain dikenal sebagai dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, juga dikenal sebagai health content creator di beberapa kanal sosial media seperti Youtube dan Instagram.