WahanaNews.co | Ahli Gizi Masyarakat dr. Tan Shot Yen mengatakan bahwa status gizi anak perlu terus dipantau agar anak yang terlanjur stunting tidak menjadi obesitas saat bertumbuh dewasa.
"Kita harus cek riwayatnya dulu, stunting kalau tidak ada masalah kelebihan berat badan, tidak ada wasting (berat badan kurang jika dibandingkan tingginya), anak ini tidak boleh didorong terus (untuk makan) sehingga berat badannya melonjak," ujar dr. Tan dalam acara Humanitarian Award oleh Yayasan 1000 Cita Bangsa di Jakarta, Kamis malam (5/10/2023).
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Ia menjelaskan, apabila anak stunting terus didorong dengan pola makan yang berkalori, maka akan membahayakan perkembangannya.
"Berat badannya akan meledak, itu salah satu mimpi buruk dari stunting, obesitas," ujar dia.
Menurutnya, stunting itu kondisi yang sangat kompleks, sehingga harus ada pemahaman yang sama tentang ini.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
"Jadi kalau mau lihat anak stunting kita harus cek dulu, makanya stunting harus ditangani dokter, enggak boleh lagi ditangani kader atau bidan," ucapnya dikutip dari Antara.
Dia juga menyebutkan bahwa pemahaman tentang stunting perlu disamakan agar penanganannya juga tepat.
"Kita tahu bahwa stunting itu gangguan gizi kronik selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak, yang berakibat pada tinggi badan menurut umur, berada di kurva merah ke bawah (pada buku Kesehatan Ibu dan Anak atau KIA), itu minus dua standar deviasi ke bawah," kata dia.
Ia menegaskan, permasalahan stunting bisa dituntaskan justru bukan dari masalah gizi, melainkan lebih kepada intervensi sensitif.
"70 persen penuntasan masalah stunting itu justru bukan dari masalah gizi, maka kenapa yang disebut pencegahan dan penanggulangan spesifik dan sensitif, karena kebersihan, imunisasi, perumahan itu sangat berpengaruh, sehingga semua kementerian, lembaga, masyarakat harus bekerja sama," tuturnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan dr. Lovely Daisy menyebutkan bahwa anak di atas usia enam bulan juga perlu diperhatikan makanan pendamping ASI atau MPASI-nya.
"Begitu usia masuk enam bulan sampai 23 bulan itu anak dapat MPASI, di usia itu mulai terjadi peningkatan stunting yang cukup tinggi, artinya MPASI yang diberikan pada bayi dan balita tidak mencukupi kebutuhannya," kata Lovely.
Ia menegaskan pentingnya protein hewani pada MPASI anak.
"Orang tua juga perlu memperhatikan komposisi pada MPASI, karena cenderung kurang mengandung protein hewani, padahal untuk cegah stunting perlu protein hewani," tutup dia.
[Redaktur: Zahara Sitio]