WahanaNews.co | Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Makassar, Sulawesi Selatan, dr Nani mengungkapkan anak-anak yang dikategorikan stunting memiliki risiko lebih tinggi terpapar tuberkulosis atau TBC.
"Jika dibandingkan dengan balita gizi normal, maka balita dengan gizi buruk dan berkategori stunting berisiko lebih tinggi terkena TBC. Demikian juga dengan balita yang menderita TBC, dengan masalah gizi yang kronik dan kekebalan yang rentan, potensi stuntingnya juga besar," kata Nani di Makassar, Sabtu (14/1/2023).
Baca Juga:
Kasus TBC Meningkat, Pemkab Dairi Gelar Rencana Aksi Eliminasi
Oleh karena itu, kata dia, perlu pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi agar kedua masalah tersebut dapat terselesaikan.
"Tuberkulosis dan stunting saat ini merupakan prioritas masalah kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, pada skrining TBC di Makassar, juga dilakukan skrining stunting," katanya.
Salah satu strategi dalam menemukan penderita TBC yakni skrining self assesment melalui aplikasi Sobat TB bagi masyarakat, terutama di Lorong Wisata.
Baca Juga:
Potensi Indonesia sebagai Pemimpin Produksi Hidrogen dan Amonia di Asia
Menurut dia, jika mereka yang melalui asesmen tersebut mendapatkan hasil suspek atau terduga TBC akan dihubungkan ke petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat dengan domisilinya.
Strategi lainnya dengan memperluas jejaring layanan TBC melibatkan klinik dan faskes swasta (Program TB Nasional) mempersyaratkan pencatatan dan pelaporan kasus TBC hanya melalui Sistem SITB yang langsung menghitung sasaran dan capaian secara nasional.
Oleh karena itu, menurut dia, penting untuk memasukkan seluruh fasilitas kesehatan yang ada, baik publik (pemerintah) maupun privat (swasta) untuk dapat berjejaring dan melaporkan hasil temuannya dalam sistem, untuk dapat mengukur sejauh mana keberhasilan program TBC yang sudah dilaksanakan di masyarakat.