WahanaNews.co | Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa antibodi Covid yang terbentuk pada penduduk di Pulau Jawa meningkat jadi 99,2 persen. Apakah ini tandanya pandemi sudah jadi endemi?
Sebagai informasi, berdasarkan hasil survei serologi pada bulan Maret 2022, Kementerian Kesehatan bersama dengan tim epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, menemukan bahwa lebih dari 99,2 persen populasi di Pulau Jawa telah memiliki antibodi Covid.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Epidemiolog Universitas Indonesia yang juga dikenal dengan Juru Wabah, Pandu Riono mengatakan, meskipun hasil survei serologi ini telah menunjukkan angka yang positif mengenai antibodi masyarakat terhadap Covid-19, tetapi kita tidak bisa mendeklarasikan endemi hanya dengan data ini.
"Kita tidak bisa men-declare (mengumumkan) apakah ini sudah masuk endemi atau tidak," kata Pandu dalam konferensi pers virtual Update Perkembangan Covid-19 di Indonesia, dikutip Minggu (24/4/2022).
Dipaparkan bahwa objek atau orang yang diikutsertakan dalam survei ini adalah mereka yang pernah diambil sampelnya dalam survei nasional pada Desember 2021 lalu.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Studi yang dilakukan pada Desember 2021 terhadap 22.000 orang, dilakukan secara nasional, menunjukkan bahwa 86 persen orang Indonesia memiliki antibodi Covid-19.
Sementara, kata Pandu, untuk khusus di Pulau Jawa-Bali saja, antibodi Covid-19 penduduk Indonesia mencapai 93 persen dengan mengambil sampel survei dari 30 kabupaten/kota di kedua pulau ini.
“Ada kenaikan dari awalnya 93 persen menjadi 99,2 persen (antibodi masyarakat di Pulau Jawa),” ujarnya.
Namun, hasil studi 99,2 persen ini adalah data yang diambil dari sampel di 21 kabupaten/kota di Pulau Jawa saja, tepatnya kabupaten/kota asal-tujuan mudik Idul Fitri 1443 Hijriyah di tahun 2022 Masehi ini.
Sampel diambil dari sebagian orang yang terlibat di studi Desember 2021. Studi kedua hanya mengambil sekitar 2.100 orang saja pada Maret 2022, atau sekitar 100 orang per kabupaten/kota yang dipilih.
“Kadarnya (antibodi Covid-19) naiknya 10 kali, dari 500-an,” ucap dia.
Meningkatnya kadar antibodi di masyarakat ini adalah pengaruh baik dari infeksi Covid-19, serta vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, serta vaksin booster.
Kendati Kemenkes mengungkapkan bahwa antibodi Covid penduduk Pulau Jawa meningkat, namun menurut Pandu, dari data survei serologi yang didapatkan ini bukan berarti kita sudah bisa lepas begitu saja dengan kondisi asli, bahwa pandemi Covid-19 ini masih ada dan belum berakhir.
Namun, hal yang penting dipelajari dari data yang ada ini yaitu kita harus mempertahankan kekebalan antibodi yang tinggi terhadap Covid-19, supaya bisa menekan kemungkinan potensi terjadinya lonjakan kasus di kemudian hari.
Selain itu, mempertahankan atau bahkan meningkatkan antibodi di populasi masyarakat Indonesia juga harus terus dilakukan untuk menekan kasus infeksi Covid-19 yang masuk ke rumah sakit, dan risiko meninggal dunia.
Sebab, dikatakan Pandu bahwa virus tersebut masih bisa terus berevolusi atau bermutasi, yang dikhawatirkan ada saja mutasi yang lebih berbahaya dari Delta dan Omicron.
Dengan meningkatnya kekebalan tubuh atau antibodi masyarakat terhadap Covid-19 ini, diharapkan evolusi atau mutasi virus menjadi tidak terlalu sering, atau lebih lama frekuensinya.
Selain itu, diharapkan ini membuat penduduk tetap bisa beraktivitas dengan pelonggaran sesuai dengan strategi berikutnya.
Bahkan, saat Covid-19 ini sudah berubah dari pandemi jadi endemi sekalipun proses mutasi virus tersebut masih sangat bisa terjadi.
Untuk itu, para ahli selalu menegaskan, cara paling aman untuk meningkatkan atau mempertahankan antibodi Covid bukanlah dengan berharap suatu saat akan terinfeksi Covid-19, tetapi dengan melakukan vaksinasi Covid-19 yang ada, sampai dosis vaksin booster.
Akan tetapi, selain vaksinasi, Pandu menegaskan bahwa kita tidak bisa meninggalkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak aman.
“Yang paling penting memang banyak negara sudah meninggalkan masker, karena hampir tidak mungkin mencegah penularan sampai tingkat serendah-rendahnya ya kan, jadi kita akan tetap mempertahankan menganjurkan kepada pemerintah untuk menjalankan kebijakan protokol kesehatan,” tandasnya. [qnt]