WahanaNews.co |
Saat ini, perangkat skrining corona GeNose menjadi primadona. Karya peneliti
Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut bisa menskrining virus corona dalam
waktu yang cepat, murah, tapi juga akurat.
Baca Juga:
Bidik Monyet, Guru di Aceh Malah Tembak Pemetik Jengkol hingga Tewas
Di tengah ingar bingar kehebatannya, banyak pihak menyebut
GeNose tidak akurat apabila orang yang dites sebelumnya makan jengkol atau
merokok.
Penemu GeNose Prof Kuwat Triyana pun membenarkan banyak
pihak yang membesar-besarkan tentang hal itu.
"Kemudian heboh (kabar) GeNose kalah dengan jengkol,
ya. Sebetulnya bukan kalah, tapi ada (pernyataan) kalah dengan rokok, kalah
bukan kalah, tapi keok. Kalah parah," kata Kuwat, dalam acara bincang-bincang
Live Corona Update Kumparan, yang dikutip WahanaNews, Sabtu (6/2).
Baca Juga:
Ekspor Sektor Pertanian Sumut Naik 43,3 Persen, Komoditas Baru ada Petai dan Jengkol
"Intinya begini, kesempatan di kumparan ini saya
sampaikan hal seperti itu dari dulu kita atasi dan itu bukan merupakan hasil
riset ke situ. Ini kan data dari uji diagnostik," ujarnya.
Dia menjelaskan dari uji diagnostik GeNose memang didapati
hasil invalid pada orang yang sebelumnya mengkonsumsi jengkol atau merokok.
Namun, hasil itu tidak semua invalid.
"Beberapa data menunjukkan tren invalid," ujarnya.
Untuk itu demi hasil yang maksimal, maka solusinya seseorang
yang hendak dites memakai GeNose disarankan untuk tidak merokok maupun
mengonsumsi jengkol.
"Solusinya bagaimana? Kalau solusinya saya harus
bongkar alat, kelamaan, tidak bisa dipakai. Solusinya, jangan merokok satu jam
atau setengah jam sebelum dites, kan mudah sekali," katanya.
Hal ini sebetulnya sama dengan saat ketika seseorang hendak
tes darah.
"Seperti kalau kita tes darah, kan sama jangan makan
apa-apa sebelum dites," ujar Kuwat.
"Ini barang (soal jengkol dan rokok) simpel, kalau di
media jadi rumit sekali," katanya.
Kuwat menjelaskan bahwa saat mengajukan izin edar,
keakurasian GeNose mencapai 93-95 persen. Namun lantaran berbasis Artificial
Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, maka keakurasian akan meningkat
seiring seringnya digunakan. [dhn]