WahanaNews.co | Kabar anak sekolah dibully kian marak belakangan ini di Indonesia. Tak banyak orang tua menyadari bahwa anak mereka dibully saat di sekolah.
Bagaimana pun, tindakan bully sangat tidak dibenarkan. Pun, tak ada orang tua yang anaknya ingin dibully seseorang.
Baca Juga:
Skandal Daycare Depok: Pemilik Omzet Ratusan Juta Bayar Gaji Staf Cuma Rp 250 Ribu
Jadi, sebagai orang tua pun kita perlu mengenal anak agar tak terjadi hal yang tidak menyenangkan ini.
Dilansir dari Health Hive, penelitian menunjukkan setidaknya satu dari setiap lima anak berusia di atas 12 tahun mengaku menjadi korban perundungan di sekolah.
Mereka menerima perilaku agresif dan tidak diinginkan yang berusaha mengendalikan atau menyakiti seseorang.
Baca Juga:
Tips Ampuh agar Anak Tidak Stres
Apabila seseorang mengalami pembullyan, baik secara verbal maupun non-verbal, berisiko tinggi untuk mengalami depresi dan traumatis seumur hidup.
Kecemasan yang tinggi akan membawa anak sulit untuk menjalankan hidup secara normal.
Peran orang tua begitu besar untuk mendampingi anak agar mereka tetap merasakan kenyamanan. Namun, kerap kali kebingungan dalam menghadapi situasi tersebut.
Para orangtua perlu memerhatikan secara teliti ketika anak mengalami perundungan.
Adapun tanda-tandanya, mulai dari kondisi fisik seperti luka-luka dan semangat yang menurun, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, mengeluhkan berbagai rasa sakit, dan enggan melakukan aktivitas di luar atau menarik diri.
Tentunya orangtua perlu menanggapi ketika anak diketahui mengalami perundungan. Namun, pastikan saat menanggapi, anak merasakan kenyamanan, sehingga dapat terbuka melalui cerita.
Berikut ini caranya yang perlu orangtua lakukan:
1. Dengarkan anak secara penuh
Fokus untuk membuat mereka merasa didengar dan didukung. Alih-alih mencoba menemukan penyebab bullying atau mencoba menyelesaikan masalah. Pastikan mereka tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka.
2. Beritahu bahwa orangtua percaya kepada anak
Beritahu bahwa orangtua senang mereka memberi tahu, bahwa itu bukan kesalahan mereka, bahwa kamu akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan bantuan.
3. Bicarakan kepada pihak sekolah secara baik-baik
Tanyakan apakah sekolah anak dari orangtua memiliki kebijakan atau panduan mengenai perilaku bullying. Ini mungkin berlaku untuk bullying secara langsung dan online.
4. Jadilah sistem pendukung
Bagi anak, memiliki orang tua yang suportif sangat penting untuk menghadapi efek bullying.
Pastikan mereka tahu bahwa ia dapat berbicara dengan orangtua kapan saja dan meyakinkannya bahwa semuanya akan menjadi lebih baik.
Jika anak mengalami traumatis atau merasa cemas, sebaiknya untuk berkonsultasi bersama psikolog anak. Tenaga profesional akan membantu anak untuk mundur dari rasa cemas tersebut.
[Redaktur: Zahara Sitio]