WahanaNews.co, Jakarta - Banyak orang menyukai makanan pedas karena rangsangan sensasional yang dihasilkan oleh rasa pedas memberikan pengalaman unik dalam menikmati hidangan.
Rasa pedas disebabkan oleh senyawa kimia bernama kapsaisin yang terkandung dalam cabai. Kapsaisin atau capcaisin memicu reseptor rasa panas pada lidah dan mulut, mengirimkan sinyal ke otak yang membuat tubuh merasakan sensasi panas.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Respons ini dapat meningkatkan denyut jantung dan melepaskan endorfin, hormon kebahagiaan, yang memberikan perasaan senang dan euforia.
Sehingga, bagi banyak orang, konsumsi makanan pedas tidak hanya sekadar menambah rasa dalam makanan, tetapi juga memberikan pengalaman yang memuaskan secara sensorik dan emosional.
Baca Juga:
5 Manfaat Kesehatan Makanan Pedas
Selain itu, kecenderungan menyukai makanan pedas juga dapat dipengaruhi oleh faktor budaya dan kebiasaan kuliner.
Beberapa masyarakat di seluruh dunia memiliki tradisi kuliner yang kaya akan penggunaan cabai dan bumbu pedas untuk memberikan karakteristik khas pada hidangan mereka.
Selain memberikan kepuasan rasa, kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dapat menjadi bagian dari identitas kuliner suatu kelompok masyarakat.
Sehingga, selain dari pengalaman sensorik, aspek budaya juga turut berkontribusi dalam menjadikan makanan pedas begitu populer di berbagai belahan dunia.
Meskipun kadang bisa membuat sakit perut, mengonsumsi makanan pedas ternyata memberikan banyak manfaat untuk kesehatan.
Apa saja? Ini dia rangkumannya, melansir dari Healthline dan Cleveland Clinic.
1. Membantu Berumur Panjang
Menurut riset yang dilaksanakan oleh Harvard dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional China pada tahun 2015, mengonsumsi makanan yang memiliki tingkat kepedasan selama enam atau tujuh hari dalam seminggu dapat mengurangi tingkat kematian sebesar 14 persen.
Sejenis dengan penelitian di atas, suatu studi yang dilakukan oleh University of Vermont menemukan bahwa individu yang secara rutin mengonsumsi cabai memiliki risiko kematian 13 persen lebih rendah.
Para ahli penelitian menyimpulkan bahwa para penggemar makanan pedas memiliki potensi yang lebih rendah untuk mengalami kematian akibat serangan jantung dan stroke.
Selain itu, makanan pedas juga dianggap bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan jantung karena dapat membantu dalam proses pemecahan lemak yang terkandung dalam makanan.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi makanan pedas dapat mengurangi risiko terkena tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes tipe dua.
2. Meningkatkan Metabolisme Tubuh
Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sejumlah rempah seperti jinten, kayu manis, kunyit, paprika, dan cabai dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh saat istirahat dan mengurangi nafsu makan.
Sebagian besar penelitian yang terfokus pada makanan pedas, khususnya senyawa capsaicin yang memberikan rasa pedas pada cabai, menyatakan bahwa capsaicin memiliki kemampuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh dalam membakar lemak dan menghasilkan energi.
Tidak hanya itu, capsaicin juga dianggap dapat mengatur nafsu makan seseorang melalui interaksi dengan bagian otak tertentu, yakni hipotalamus.
Patricia Bridget Lane, seorang ahli gizi dan diet, mengungkapkan, "Beberapa penelitian menunjukkan bahwa capsaicin berpengaruh pada hipotalamus, yaitu bagian otak yang mengontrol sensasi lapar dan kenyang."
Ia menambahkan, "Orang yang mengonsumsi makanan pedas memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi jumlah makanan yang lebih sedikit sepanjang hari."
3. Melawan Peradangan Tubuh
Kunyit, salah satu rempah yang memiliki cita rasa pedas, mengandung senyawa kurkumin yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengurangi peradangan dalam tubuh.
Dalam tradisi pengobatan Ayurveda yang berasal dari India, sifat anti-inflamasi yang dimiliki oleh jahe dan bawang putih telah dipergunakan selama berabad-abad untuk mengatasi berbagai kondisi, termasuk peradangan pada sendi, gangguan autoimun, serta keluhan seperti sakit kepala dan mual.
Pentingnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa capsaicin dapat berperan dalam melawan peradangan yang bersifat rendah di saluran pencernaan, yang berhubungan dengan masalah obesitas.
4. Melawan Sel Kanker
Capsaicin telah menarik perhatian dalam penelitian terkait kemampuannya untuk melawan sel kanker.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa capsaicin dapat memiliki efek antiproliferatif, yaitu mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
Senyawa ini diketahui memengaruhi berbagai jalur sinyal seluler yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan dan proliferasi sel.
Dalam beberapa penelitian in vitro, capsaicin telah menunjukkan kemampuan untuk merangsang apoptosis, yaitu kematian sel secara terprogram, pada sel kanker tertentu.
Selain itu, capsaicin juga dapat mempengaruhi angiogenesis, proses pembentukan pembuluh darah baru yang mendukung pertumbuhan tumor, sehingga membantu menghambat perkembangan sel kanker.
Selain efek langsung pada sel kanker, capsaicin juga dapat memberikan kontribusi dalam pencegahan kanker melalui sifat anti-inflamasi dan antioksidan.
Keduanya penting dalam mengurangi risiko perkembangan kanker, karena peradangan kronis dan stres oksidatif dapat menjadi faktor yang memicu pertumbuhan sel kanker.
Dengan demikian, meskipun masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami secara menyeluruh mekanisme kerja capsaicin dalam melawan sel kanker, bukti awal menunjukkan potensi senyawa ini sebagai komponen dalam strategi pencegahan dan pengobatan kanker.
5. Membunuh Bakteri
Capsaicin, senyawa yang memberikan rasa pedas pada cabai, telah diteliti karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Salah satu mekanisme utama adalah sifat antimikroba yang dimilikinya.
Capsaicin telah terbukti efektif melawan berbagai jenis bakteri, termasuk beberapa strain yang resisten terhadap antibiotik. Beberapa cara capsaicin berkontribusi dalam membunuh bakteri melibatkan interaksi dengan membran sel bakteri.
Pertama, capsaicin dapat merusak integritas membran sel bakteri.
Ini dapat terjadi dengan cara meningkatkan permeabilitas membran, menyebabkan kebocoran zat-zat esensial keluar dari sel bakteri atau zat berbahaya masuk ke dalam sel bakteri.
Sebagai hasilnya, proses vital dalam sel bakteri dapat terganggu, menyebabkan kematian bakteri.
Selain itu, capsaicin juga dapat menghambat aktivitas enzim bakteri yang penting untuk pertumbuhan dan reproduksi. Mekanisme ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi seluler yang diperlukan oleh bakteri untuk bertahan hidup.
Pentingnya dicatat bahwa meskipun capsaicin menunjukkan potensi sebagai agen antibakteri, penggunaannya sebagai pengganti antibiotik atau dalam pengobatan infeksi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam mekanisme capsaicin dan seberapa efektifnya dalam berbagai kondisi dan jenis infeksi.
Efek Buruk Terlalu Banyak Mengonsumsi Makanan Pedas
Meskipun capsaicin yang terdapat dalam makanan pedas dapat memberikan beberapa manfaat kesehatan, konsumsi berlebihan makanan pedas juga dapat menyebabkan efek buruk pada tubuh.
Pertama-tama, aspek gastrointestinal menjadi perhatian utama. Makanan pedas dapat merangsang produksi asam lambung, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya refluks asam dan iritasi lambung.
Ini dapat mengakibatkan gejala seperti nyeri perut, heartburn, dan bahkan dapat memperburuk kondisi seperti gastritis atau tukak lambung pada orang yang sudah menderita gangguan lambung.
Selanjutnya, konsumsi berlebihan makanan pedas juga dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti diare atau perut kembung.
Rangsangan yang berlebihan dari capsaicin pada saluran pencernaan dapat mempercepat pergerakan usus dan mengakibatkan ketidaknyamanan gastrointestinal.
Beberapa orang juga mungkin mengalami alergi atau reaksi kulit akibat kontak dengan capsaicin, yang dapat menimbulkan gejala seperti ruam kulit atau iritasi.
Toleransi terhadap makanan pedas dapat bervariasi antarindividu, dan efek buruk dari konsumsi berlebihan makanan pedas mungkin lebih terasa pada beberapa orang dibandingkan dengan yang lain.
Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi makanan pedas tetap dalam batas yang wajar untuk mencegah kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan yang dapat timbul akibat konsumsi berlebihan.
Menurut Johns Hopkins Medicine, mengonsumsi saus pedas juga tidak baik untuk tenggorokan karena mampu meningkatkan risiko esofagitis atau radang kerongkongan parah. Selain itu, sejumlah penelitian juga menemukan bahwa capsaicin memicu gejala penyakit gastroesophageal reflux (GERD).
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]