“Itu sebabnya kami meyakini perlu adanya model promosi kesehatan mental di komunitas dan secara strategis model ini diimplementasikan di tingkat Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga,” kata Maria.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa dalam upaya percepatan penurunan stunting, BKKBN memiliki tugas utama untuk mengubah pola perilaku masyarakat. Sebab, hal tersebut merupakan tantangan tersulit yang harus dihadapi pemerintah dalam melindungi anak dari stunting.
Baca Juga:
BKKBN Sulut dan Pemkab Minahasa Selatan Libatkan Pakar Identifikasi Penyebab Stunting
Menurutnya, perilaku reproduksi dalam keluarga masih bisa dibilang minim.
Dikarenakan banyak keluarga yang baru menikah tidak paham pentingnya merencanakan kehamilan ataupun cara menjaga kesehatan reproduksi.
Salah satunya adalah pentingnya menjaga jarak antar-kelahiran (birth to birth interval) dalam keluarga, yang bisa membantu ibu beristirahat baik secara fisik maupun mental, serta memaksimalkan pemberian pola asuh yang baik kepada anak-anaknya.
Baca Juga:
BKKBN Sulut Tekankan Pentingnya Dukungan Pemangku Kepentingan Turunkan Angka Stunting
“Saya kira kemampuan keluarga baru untuk hidup berkeluarga yang sehat masih minim dan itu tantangan. Kemampuan mereka masih sebatas mengadakan pesta atau beli make up. Jadi, bukan bagaimana hamil sehat, bukan bagaimana menyiapkan kehamilan yang baik,” tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.