WAHANANEWS.CO, Jakarta - BPJS Kesehatan menggelar Puncak Grand Final Lomba Pemodelan Aktuaria Tahun 2025 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk memperkuat ketahanan pembiayaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di tengah dinamika dan tantangan yang terus berkembang.
Baca Juga:
Pemerintah Tegaskan Pasien Gawat Darurat Wajib Dilayani Tanpa Rujukan di Seluruh Indonesia
Ajang ini dirancang sebagai wadah kolaborasi antara BPJS Kesehatan dan perguruan tinggi dari berbagai daerah di Indonesia.
Melalui sinergi tersebut, kedua pihak berupaya mencari solusi berbasis akademik dan data untuk menjawab persoalan keberlanjutan Program JKN yang semakin kompleks, baik dari sisi pembiayaan maupun pengelolaan risiko.
“Peningkatan utilisasi layanan, perubahan pola penyakit, serta kebutuhan pembiayaan yang terus berkembang memerlukan dukungan analisis yang kuat. Data yang kami kelola bukan sekadar angka, tetapi sumber pengetahuan strategis untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis evidence based,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti dalam keterangannya.
Baca Juga:
Menkes Budi: BPJS Fokus Untuk Masyarakat Bawah, Orang Kaya Bisa Pakai Swasta
Hingga saat ini, cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional telah mencapai sekitar 284 juta jiwa atau hampir mencakup seluruh penduduk Indonesia.
Tingginya angka kepesertaan tersebut menuntut pengelolaan program yang semakin cermat, terutama melalui pemanfaatan data dan analisis aktuaria agar keberlanjutan sistem jaminan kesehatan tetap terjaga.
“Melalui kompetisi ini, penelitian dan pengembangan ilmu aktuaria di perguruan tinggi dapat menjawab tantangan dalam penyelenggaraan Program JKN. Kami berharap ide-ide pemodelan yang dihasilkan dapat dikembangkan bersama untuk memperkuat ketahanan Dana Jaminan Sosial,” kata Ghufron.
Lomba Pemodelan Aktuaria BPJS Kesehatan Tahun 2025 diikuti oleh puluhan tim dari berbagai universitas di Indonesia.
Selain BPJS Kesehatan, kegiatan ini juga melibatkan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) serta Kementerian Keuangan sebagai bagian dari penguatan kolaborasi lintas sektor dalam sistem jaminan sosial nasional.
"Saat ini masih terdapat ketidakseimbangan pada Program JKN, antara iuran dan beban klaim yang tercermin dari rasio yang belum sepenuhnya ideal. Meningkatnya prevalensi penyakit berbiaya katastropik juga menjadi tantangan baru, sehingga menuntut penguatan upaya promotif dan preventif melalui penerapan pola hidup sehat di masyarakat," ucap Anggota DJSN Nikodemus Beriman Purba.
Ia menambahkan, tantangan dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan tidak hanya berkaitan dengan aspek keuangan, tetapi juga menyangkut kebijakan publik, tata kelola, serta prinsip keadilan sosial.
Oleh karena itu, pengelolaan Program JKN tidak dapat lagi mengandalkan satu asumsi tunggal, melainkan membutuhkan pemodelan multi skenario sebagai dasar pengambilan keputusan.
"Lomba Pemodelan Aktuaria BPJS Kesehatan Tahun 2025 diikuti oleh 47 karya dari 27 perguruan tinggi di Indonesia yang mencakup jenjang S1, S2, hingga S3. Seluruh karya pemodelan aktuaria terpilih akan dikembangkan lebih lanjut oleh BPJS Kesehatan. Lomba ini menjadi awal kolaborasi yang berkelanjutan dengan dunia akademik dalam menghasilkan rekomendasi kebijakan yang aplikatif, khususnya untuk menjawab tantangan keberlanjutan pembiayaan, kepatuhan peserta, dan pengelolaan risiko Program JKN," ujarnya.
Dalam pengumuman pemenang, Universitas Gadjah Mada berhasil meraih juara pertama untuk kategori jenjang sarjana.
Sementara itu, Institut Teknologi Bandung dinobatkan sebagai juara pertama pada kategori jenjang pascasarjana magister.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]