WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pernahkah Anda mendengar stereotip bahwa orang Eropa jarang mandi? Pertanyaan pun muncul: kenapa orang Indonesia justru seolah wajib mandi setiap hari, bahkan dua kali?
Padahal, di sejumlah negara Eropa, banyak orang merasa cukup mandi dua hingga tiga kali seminggu.
Baca Juga:
Harapan Ketua FRN Provinsi Jambi Di Hari Bhayangkara Ke 78: Atensi Kepada Kapolri Berantas Segala Aktifitas Ilegal, Narkoba dan Perjudian
Jawabannya bukan hanya soal kebiasaan, tetapi berkaitan erat dengan iklim, lingkungan, hingga norma sosial.
Tropis Bikin Tubuh Gampang Berkeringat
Indonesia terletak di garis khatulistiwa, yang berarti suhu udara cenderung panas dan kelembapan tinggi sepanjang tahun. Hal ini memicu tubuh untuk terus berkeringat.
Baca Juga:
Mengapa Mandi Subuh Penting? Temukan Manfaat Kesehatan dan Spiritualnya!
Menurut penjelasan dari forum Quora, keringat yang mengendap di kulit bukan hanya membuat tubuh terasa gerah, tetapi juga memicu berkembangnya bakteri.
Akibatnya, bisa muncul bau badan dan gangguan kulit. Maka tak heran, mandi menjadi cara paling masuk akal untuk membersihkan diri dari keringat, kotoran, hingga polusi udara.
Eropa: Iklim Sejuk, Keringat Minim
Berbeda dengan Indonesia, mayoritas wilayah Eropa berada di zona subtropis hingga dingin.
Dengan suhu yang relatif rendah, tubuh jarang berkeringat, sehingga kebutuhan untuk mandi pun tidak setinggi di negeri tropis.
Di negara-negara seperti Jerman, Belanda, atau Prancis, mandi setiap hari bukan kewajiban.
Dua hingga tiga kali seminggu saja sudah cukup bagi sebagian besar warganya.
Faktor Sosial dan Akses Air
Di Indonesia, penampilan dan aroma tubuh punya nilai sosial yang penting.
Bau badan atau tampilan kusam bisa diasosiasikan dengan kemalasan atau ketidakpedulian.
Sebaliknya, di banyak negara Eropa, masyarakat lebih toleran terhadap bau tubuh alami selama tidak berlebihan.
Di sisi lain, akses terhadap air bersih juga turut memengaruhi.
Di Indonesia, air relatif lebih mudah dan murah diperoleh.
Sementara di beberapa wilayah Eropa, air bersih bisa menjadi sumber daya yang mahal dan terbatas.
Itulah sebabnya, mandi setiap hari bisa dianggap sebagai bentuk pemborosan.
Apakah Mandi Terlalu Sering Itu Buruk?
Sejumlah ahli dermatologi dari negara Barat menyarankan agar tidak terlalu sering mandi, terutama dengan sabun antibakteri yang bersifat keras.
Kebiasaan ini bisa menghilangkan lapisan minyak alami pada kulit yang berfungsi sebagai pelindung.
Namun, rekomendasi ini umumnya ditujukan bagi mereka yang tinggal di iklim dingin dan tidak banyak terpapar debu.
Bagi masyarakat tropis seperti Indonesia, mandi dua kali sehari tetap tergolong aman, selama menggunakan sabun yang lembut dan air bersih.
Mandi bahkan menjadi waktu untuk menyegarkan pikiran dan merawat diri.
Mandi: Lebih dari Sekadar Membersihkan
Di Indonesia, mandi punya makna lebih dari sekadar membersihkan tubuh.
Banyak orang merasakan ketenangan dan inspirasi saat mandi.
Dalam budaya tertentu, mandi bahkan punya nilai spiritual seperti mandi kembang, mandi Jumat, atau siraman dalam adat pernikahan Jawa.
Jadi, apakah mandi harian itu keharusan? Untuk masyarakat Indonesia, jawabannya: iya.
Bukan semata karena takut bau badan, tapi karena tubuh dan iklim menuntutnya.
Mandi menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang menyatu dengan realitas sosial dan lingkungan sekitar.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]