WahanaNews.co | Psikolog sosial Dr. Juneman Abraham, S.Psi, M.Si tekankan pentingnya menjaga mental kolektif untuk mencegah insiden seperti yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai pertandingan sepak bola Liga 1 antara Persebaya Surabaya dengan Arema FC pada Sabtu (1/10).
Menjaga mental kolektif massa tetap positif penting sehingga ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi, masyarakat tetap bisa rasional menghadapi kejadian tersebut.
Baca Juga:
Tips Membentuk Mental yang Sehat
"Ini bukan perkara pendidikan mental individu, melainkan soal kebutuhan akan 'mental model' yang baik, fair, damai dalam suasana kolektif. Massa bisa mengimitasi atau meniru model yang baik jika ada banyak contoh," kata Juneman yang juga Ketua Kompartemen Riset dan Publikasi, Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dilansir dari ANTARA, Minggu (2/10/2022).
Adapun kumpulan orang banyak atau bisa disebut juga massa dalam teori bernama "Psikoanalisis Sosial" digambarkan memiliki karakter yang bersifat cair.
Bersifat cair dalam artian, meski terdiri dari kumpulan orang yang rasional, selalu ada peluang massa itu bersikap impulsif atau berbuat sesuatu tanpa berpikir panjang, reaktif, mudah tersinggung, dan mudah meniru perbuatan pihak lain yang tergabung dalam massa itu.
Baca Juga:
5 Langkah Melatih Diri agar Bermental Tangguh dan Tak Gampang Stres
Kondisi itu juga menggambarkan mental kolektif yang sebenarnya bisa menghasilkan hasil positif apabila gaung dan pesan positif ditonjolkan.
Kondisi ini tidak hanya terbatas pada penonton sepak bola saja, tapi juga kumpulan massa lainnya di berbagai lini kehidupan seperti penonton konser bahkan masyarakat yang mendukung pencalonan tokoh politik.
Untuk itu, jika mengambil konteks pertandingan olahraga, ada baiknya ketika suatu klub mengalami kekalahan pendukung justru sebisa mungkin menyikapi kekalahan tersebut dengan lebih dewasa dan tidak meluapkan emosinya ke arah negatif seperti berucap kata tak pantas ataupun melempar barang ke klub lawan.