WAHANANEWS.CO, Jakarta - Belanja pakaian bekas atau yang dikenal dengan istilah thrifting telah menjadi tren yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan dan keberlanjutan, thrifting kini dianggap sebagai pilihan fesyen yang lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli pakaian baru.
Baca Juga:
Keamanan Takjil Pasar Ramadhan: BPOM Palu Pastikan Bebas Bahan Kimia
Praktik ini memungkinkan konsumen mendapatkan pakaian dengan harga lebih terjangkau, sekaligus menemukan item unik yang jarang dijumpai di toko ritel.
Tak hanya itu, thrifting juga membantu mengurangi limbah tekstil dan menekan produksi pakaian baru yang boros sumber daya.
Manfaat Sosial dan Lingkungan Thrifting
Baca Juga:
BBPOM Manado Minta Pelaku Usaha Tak Campur Takjil dengan Zat Kimia Berbahaya
Industri fesyen merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia.
Dengan beralih ke pakaian bekas, konsumen ikut menekan laju produksi massal yang tidak ramah lingkungan.
Selain itu, thrifting juga mendukung gerakan konsumsi yang lebih etis, sebagai respons terhadap praktik fast fashion yang kerap mengabaikan kesejahteraan pekerja dan standar produksi yang bertanggung jawab.