WAHANANEWS.CO, Jakarta - Belanja pakaian bekas atau yang dikenal dengan istilah thrifting telah menjadi tren yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan dan keberlanjutan, thrifting kini dianggap sebagai pilihan fesyen yang lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli pakaian baru.
Baca Juga:
Keamanan Takjil Pasar Ramadhan: BPOM Palu Pastikan Bebas Bahan Kimia
Praktik ini memungkinkan konsumen mendapatkan pakaian dengan harga lebih terjangkau, sekaligus menemukan item unik yang jarang dijumpai di toko ritel.
Tak hanya itu, thrifting juga membantu mengurangi limbah tekstil dan menekan produksi pakaian baru yang boros sumber daya.
Manfaat Sosial dan Lingkungan Thrifting
Baca Juga:
BBPOM Manado Minta Pelaku Usaha Tak Campur Takjil dengan Zat Kimia Berbahaya
Industri fesyen merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia.
Dengan beralih ke pakaian bekas, konsumen ikut menekan laju produksi massal yang tidak ramah lingkungan.
Selain itu, thrifting juga mendukung gerakan konsumsi yang lebih etis, sebagai respons terhadap praktik fast fashion yang kerap mengabaikan kesejahteraan pekerja dan standar produksi yang bertanggung jawab.
Ancaman Kesehatan di Balik Pakaian Bekas
Meski memiliki banyak keuntungan, pakaian bekas menyimpan sejumlah potensi risiko kesehatan yang patut diperhatikan.
Jika tidak ditangani dengan benar, pakaian ini bisa menjadi media penyebaran bakteri, zat kimia berbahaya, hingga parasit.
Paparan Bakteri dan Kuman
Pakaian yang tidak dicuci secara menyeluruh dapat mengandung kuman, jamur, atau bakteri penyebab infeksi kulit.
Risiko ini meningkat jika pakaian disimpan terlalu lama atau berasal dari tempat yang kurang higienis.
Residu Bahan Kimia Berbahaya
Sebagian pakaian bekas mungkin telah melalui proses kimia seperti pewarnaan atau pemutihan yang dapat meninggalkan residu berbahaya bagi kulit, terutama bagi individu dengan kulit sensitif atau alergi.
Iritasi dan Reaksi Alergi
Bahan sintetis dan pewarna tertentu dalam pakaian bekas berpotensi memicu iritasi, gatal, atau reaksi alergi lainnya, terutama jika pakaian belum dibersihkan dengan baik.
Risiko Parasit dan Penyakit Kulit
Dalam beberapa kasus, pakaian dari lingkungan tak bersih bisa membawa parasit seperti tungau atau kutu yang menyebabkan masalah kulit. Meski kasusnya jarang, hal ini tetap patut diwaspadai.
Langkah Aman saat Berbelanja Pakaian Bekas
Untuk menikmati manfaat thrifting secara aman, berikut langkah-langkah yang disarankan:
1. Cuci Pakaian Secara Menyeluruh
Gunakan deterjen dan suhu air yang sesuai untuk membunuh kuman dan menghilangkan zat berbahaya.
2. Periksa Kondisi Fisik Pakaian
Pastikan tidak ada noda membandel, jamur, atau kerusakan yang bisa mengurangi kualitas dan keamanan pakaian.
3. Gunakan Produk Antibakteri
Semprotan khusus atau cairan pembasmi kuman bisa digunakan untuk mensterilkan pakaian sebelum dikenakan.
4. Perhatikan Komposisi Bahan
Cek label bahan pakaian, dan hindari pakaian dengan kandungan bahan sintetis tinggi atau pewarna kimia keras.
Kesimpulan :
Thrifting adalah pilihan gaya hidup yang menggabungkan nilai estetika, keberlanjutan, dan kesadaran sosial.
Namun, penting bagi konsumen untuk tetap waspada terhadap potensi risiko kesehatan yang tersembunyi.
Dengan perawatan dan kehati-hatian yang tepat, thrifting tetap menjadi alternatif berbusana yang layak dan bertanggung jawab.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]