WahanaNews.co | Virus Nipah saat ini sedang ramai diperbincangkan. Virus ini merebak hingga menjadi wabah di beberapa daerah.
Tak sedikit pula yang membanding-bandingkan virus Nipah dengan Covid-19.
Baca Juga:
Banyak Warga Israel Masuk RS, Ini Fakta-fakta Serangan Virus Mematikan West Nile
Lantas, apa sebenarnya virus Nipah itu?
Sejumlah organisasi dan badan yang mewadahi isu kesehatan di tingkat nasional maupun internasional sudah merilis infomasi terkait virus satu ini. Simak penjelasannya:
Virus Nipah (NiV) merupakan virus zoonosis, yang berarti virus ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Dengan demikian, virus ini dapat menjangkiti hewan dan manusia hingga menimbulkan dampak fatal.
Baca Juga:
Demam Lassa Menyebabkan 156 Kematian di Nigeria dalam Empat Bulan Terakhir
Virus Nipah dari Mana?
Virus Nipah dapat ditularkan dari hewan, baik itu hewan liar maupun peliharaan. Virus ini termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae.
Adapun inang virus ini adalah kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae.
Meski ramai dibicarakan belakangan ini, virus Nipah sebetulnya bukan hal baru.
Laporan pertama atas virus ini pertama kali tercatat pada 1998-1999 di sekitar Sungai Nipah, Malaysia. Saat itu, terjadi wabah yang menjangkiti babi-babi peliharaan para peternak di sana.
Setelah kasus Nipah pertama terdeteksi di Malaysia dan meluas ke Singapura, virus ini kemudian merambah Asia Selatan. Pada 2001, kasus virus ini ditemukan di Bangladesh.
Meski keberadaannya pertama terdeteksi di Asia, namun bukan berarti belahan dunia lain dipastikan aman. Ini karena sudah ada bukti bahwa virus Nipah dibawa oleh beberapa jenis kelelawar yang hidup di berbagai negara.
Adakah Kasus Virus Nipah di Indonesia?
Sementara virus Nipah telah menjadi wabah di sejumlah negara, sejauh belum ada laporan atas kasus virus tersebut di Indonesia per 25 September 2023. Meski demikian, Pemerintah Indonesia telah meningkatkan kewaspadaan.
Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan surat edaran bernomor HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.
Surat itu telah disampaikan kepada Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan para pemangku kepentingan lainnya.
“Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu.
Peningkatan kewaspadaan ini dilakukan dengan cara menerapkan pengawasan lebih ketat terhadap orang, barang, maupun hewan di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara.
Ini terutama jika orang, barang, atau hewannya datang dari negara yang punya kasus virus Nipah.
Ciri-ciri dan Gejala Virus Nipah
Orang yang terjangkit virus Nipah gejalanya bermacam-macam, nulai dari infeksi saluran napas akut (ISPA) hingga peradangan otak.
Bahkan, bisa saja orang tersebut tidak mengalami gejala apapun.
Awalnya, orang yang terjangkit virus Nipah akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot atau tenggorokan, muntah-muntah, dan gangguan saluran pernapasan.
Setelahnya, gejala lain yang muncul di antaranya adalah mudah mengantuk dan penurunan kesadaran yang mana itu merupakan tanda-tanda peradangan otak.
Lebih buruk lagi, peradangan otak tersebut beserta kejang juga bisa muncul dan berujung kematian.
Setelah terjangkit virus, gejala-gejala di atas akan timbul dalam rentang waktu 4 sampai 14 hari. Ada pula laporan masa inkubasi hingga 45 hari.
Seberapa Mematikan Virus Nipah?
Virus Nipah adalah virus yang tergolong berbahaya. Tingkat kematian yang disebabkan virus ini tergolong tinggi.
Rata-rata angka kematian akibat virus Nipah diperkirakan berkisar antara 40 hingga 75 persen.
Tingkat kematian ini berbeda-beda di setiap wilayah, tergantung pada seberapa mampu wilayah tersebut dalam melakukan penyelidikan epidemiologi, surveilans, dan manajemen klinis kasus.
Sebagai perbandingan, Covid-19 memiliki tingkat kematian di Indonesia sebesar 2,58 persen. Meski tampak kecil dibandingkan tingkat kematian virus Nipah, namun angka tersebut sebetulnya adalah yang tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Dengan demikian, data telah menggambarkan bahwa virus Nipah jauh lebih mematikan ketimbang Covid-19
Cara Penularan Virus Nipah dan Langkah Pencegahannya
Virus Nipah dapat menular ke manusia melalui hewan seperti kelelawar atau babi. Virus ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi.
Selain itu, manusia yang terjangkit virus Nipah pun bisa menularkannya langsung ke manusia lain.
Wabah yang terjadi di Sungai Nipah adalah kasus di mana virus Nipah menular dari hewan ke manusia.
Biasanya, penularan terjadi karena adanya kontak langsung antara manusia dengan babi yang sakit atau telah terjangkit virus.
WHO memperkirakam bahwa proses penularannya berlangsung melalui paparan kotoran dan urin babi. Bisa juga karena adanya kontak manusia dengan jaringan hewan yang sakit.
Sementara itu di Bangladesh dan India, penularan virus Nipah terjadi lewat konsumsi buah-buahan atau produk olahannya seperti jus.
Kemungkinan, buah atau produk makanan dan minuman tersebut telah terkontaminasi urin atau air liur kelelawar buah yang terinfeksi virus.
Untuk penularan dari manusia ke manusia lain, kasusnya juga pernah ditemukan di India dan Bangladesh.
Seperti kasus penularan dari hewan ke manusia, penularan antarmanusia ini juga terjadi lewat kontak dengan urin atau tinja manusia yang terjangkit virus.
Itu pula yang menyebabkan kasus penularan semacam ini sebagian besarnya terjadi di kalangan pekerja atau pengunjung rumah sakit.
Satu hal yang perlu diperhatikan lagi, virus Nipah juga diketahui bisa menjangkiti hewan peliharaan di rumah. Anjing dan kucing pun tak terkecuali. Hanya saja, penularan yang paling cepat ada pada babi.
Sejauh ini, belum ada obat atau vaksin yang tersedia untuk manusia atau hewan guna mengatasi virus Nipah.
Oleh karena itu, masyarakat perlu melakukan upaya pencegahan dengan semaksimal mungkin.
Bagi peternak babi, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah membersihkan dan memberi disinfektan di kandang.
Jika terlanjur ada hewan diduga terjangkit virus Nipah, maka hewan tersebut harus dikarantina agar tidak membaur dengan hewan lain. Jika hewannya mati, bangkainya harus dimusnahkan atau dikubur.
Pastikan juga Anda selalu mengenakan alat pelindung jika harus bersentuhan dengan hewan yang sakit.
Sedangkan jika ada orang sakit yang diduga terjangkit virus Nipah, sebisa mungkin hindari kontak langsung. Setelahnya, jangan lupa cuci tangan secara berkala.
Masyarakat juga perlu memperhatikan makanan yang dinuman yang dikonsumsi. Buah-buahan harus dibersihkan.
Jika ada bekas gigitan kelelawar, maka sebaliknya dibuang dan jangan dimakan.
[Redaktur: Zahara Sitio]