Kandungan susunya sangatlah sedikit. Dengan begitu, kental
manis tidak layak dikonsumsi anak-anak. Sebab, kebutuhan nutrisi akan gula pada
tubuh anak-anak tidaklah banyak.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Terlalu banyak mengonsumsi makanan atau minuman tinggi gula,
justru dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak-anak.
Dari berbagai brand produk kental manis, kandungan gula yang
ada di dalamnya mencapai 40-50 persen. Hal ini mengkhawatirkan, karena
berdasarkan penelitian, kandungan tinggi gula, lebih memiliki efek mematikan
daripada kandungan lemak tinggi.
Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit
metabolik, Dr M F Conny Tanjung SpA(K) dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, bahanya kental manis
menyangkut dengan obesitas, karena bisa menyebabkan meningkatnya insulin yang
disebabkan terlalu banyak gula.
Baca Juga:
Program KKS, Milik Semua Instansi dan Masyarakat Dairi
Konsumsi gula lebih dari 10 persen energi total juga
berisiko terhadap menurunnya sensitivitas insulin, dan ini akan memicu
hiperglikemia atau kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal.
"Pada prinsipnya kami (IDAI) tidak menutujui kalau ini
(kental manis) dibilang produk susu, karena berbahaya ya kalau bilang ini
(kental manis) adalah susu," kata Conny dalam diskusi daring bertajuk
Diskusi Terbatas 2 Tahun Per BPOM No 31 Tahun 2018, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, kadar gula yang tinggi juga meningkatkan
risiko diabetes, obesitas dan merusak gigi pada anak-anak. Dikatakan Conny,
kental manis itu pada awalnya hanya untuk menambah cita rasa atau sebagai
topping, bukan pengganti susu, bukan pengganti ASI dan bukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi yang berasal dari susu untuk anak-anak.
"Kalau sebagai toping atau penyedap itu boleh,"
ujarnya. Namun demikian, Conny menegaskan, konsumsi kental manis sebagai
topping juga harus sangat dibatasi. Sedangkan, bagi ibu yang masih bisa
menyusui, Conny menyarankan untuk tetap berkomitmen memberikan ASI hingga dua
tahun.
"ASI adalah yang terbaik untuk bayi dan anak-anak tanpa
ada pengganti lainnya, kecuali memang pada beberapa kondisi anak yang alergi
terhadap ASI, itu pun konsumsi pengganti ASI harus dengan saran dokter,"
jelas Conny.
Berdasarkan saran dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
kental manis baru boleh diberikan kepada anak yang sudah memasuki usia belasan
tahun.
Hal itu karena kandungan gula dalam kental manis jauh lebih
banyak dibanding susu, yang hanya berkisar 1 persen.
Berikut batas konsumsi gula harian pada anak-anak
berdasarkan umur.
- Anak usia 3 tahun boleh mengonsumsi gula sekitar 2-5
sendok teh
- Anak usia 4-6 tahun boleh mengonsumsi gula sekitar 2,5 - 6
sendok teh
- Anak usia 7-12
tahun boleh mengonsumsi gula sekitar 4-8 sendok teh
- Anak usia di atas 13 tahun boleh mengonsumsi gula sekitar
5-9 sendok teh (40 gram)
Mengacu pada batas konsumsi gula harian di atas, mengonsumsi
satu gelas kental manis sama dengan mengonsumsi sekitar 5-9 sendok gula. Itulah
mengapa kental manis tidak boleh diberikan kepada anak-anak atau balita, karena
kadar gulanya terlalu tinggi, dan akan berdampak negatif pada kesehatan balita.