WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kualitas udara di DKI Jakarta kembali jadi sorotan setelah data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat pagi (10/10/2025) menempatkan kota ini di posisi ke-13 sebagai kota dengan udara terburuk di dunia dan masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.
Pantauan pada pukul 06.10 WIB mencatat indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) Jakarta berada di angka 102 dengan tingkat partikel halus atau particulate matter (PM) 2.5 yang menunjukkan kondisi udara yang tidak ideal untuk kesehatan masyarakat, terutama mereka yang memiliki gangguan pernapasan.
Baca Juga:
Kemacetan Parah Jakarta Dipicu Transportasi Tak Terintegrasi dan Lonjakan Kendaraan Pribadi
Sebagai perbandingan global, Kolkata di India menempati peringkat pertama dengan AQI 174 disusul Lahore di Pakistan pada posisi kedua dengan indeks 170 dan Hanoi di Vietnam di urutan ketiga dengan indeks 161 yang menunjukkan skala polusi jauh lebih tinggi dibanding Jakarta.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta sebelumnya menyatakan akan meniru langkah kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok untuk memperkuat sistem pemantauan dan intervensi kualitas udara agar lebih responsif dan akurat.
Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pada Selasa (18/03/2025) bahwa Bangkok telah memasang 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) dan Paris memiliki 400 SPKU sementara Jakarta yang sebelumnya hanya memiliki 5 SPKU kini telah menambah jumlahnya menjadi 111 unit sebagai upaya awal untuk mempercepat deteksi polusi.
Baca Juga:
Polusi Udara di Jabodetabek Jadi Ancaman Serius, Pemerintah Didorong Segera Tegakan Hukum
Ia juga menegaskan bahwa keterbukaan data menjadi bagian penting dari strategi perbaikan kualitas udara karena hanya dengan data yang transparan intervensi bisa dilakukan lebih efektif dan menyasar sumber pencemar dengan tepat.
Menurut Asep, penanganan polusi tidak bisa hanya mengandalkan kebijakan sesaat tetapi harus dilakukan dengan langkah berkelanjutan dan luar biasa agar dampaknya bisa dirasakan jangka panjang oleh warga Jakarta.
DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah atau low-cost sensors demi memperluas jangkauan pemantauan dan memastikan data kualitas udara bisa diperoleh secara real time di lebih banyak titik lingkungan.