WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa sebanyak 31 rumah sakit dan 156 puskesmas terdampak bencana banjir bandang yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatra.
Meski sejumlah fasilitas mengalami kerusakan, Kemenkes menegaskan bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap diupayakan berjalan dengan dukungan fasilitas kesehatan yang masih beroperasi.
Baca Juga:
Lindungi ASN Perempuan, Pemerintah Mulai Program Vaksin Kanker Serviks Berskala Nasional
“Tugas yang diberikan kepada kami adalah memastikan bahwa tiap sarana kesehatan bisa beroperasi. Kemudian, mana yang bisa kita bantu, ini termasuk ketersediaan SDM-nya,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Benjamin Paulus saat konferensi pers Upaya Penanganan Kesehatan terhadap Bencana di Wilayah Sumatra, Jumat (5/12/2025).
Benjamin menjelaskan bahwa berdasarkan pendataan awal, fasilitas kesehatan yang terdampak tersebar di tiga provinsi.
Di Aceh, tercatat 13 rumah sakit dan 122 puskesmas mengalami kerusakan atau gangguan operasional.
Baca Juga:
Kemenkes Buka 150 Prodi Spesialis untuk Pemerataan Dokter di 514 Kabupaten/Kota
“Untuk Sumatra Utara terdapat 18 rumah sakit dan 22 puskesmas yang ikut terdampak dan Sumatra Barat melaporkan 9 puskesmas yang rusak. Kondisi terparah terlihat saat kami kunjungan ke Kabupaten Bener Meriah, Aceh, yang berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut,” ucap Benjamin.
Menurutnya, wilayah tersebut mengalami dampak paling serius karena banjir bandang menyebabkan kerusakan infrastruktur secara masif.
Benjamin menambahkan bahwa akses darat di banyak titik terputus, sehingga satu-satunya jalur yang masih dapat dimanfaatkan adalah bandara Rembele di Bener Meriah.
“Bayangkan, ada 125 jembatan yang rusak di kabupaten itu, terputus lah hubungan antardesa, antarkecamatan dan hampir semua rusak. Untung ada airport dan runway-nya cukup panjang, 2.200 meter, jadi bisa masuk pesawat besar sehingga bantuan bisa didatangkan,” ucap Wamenkes Benjamin menutup.
Sebelumnya, Kemenkes telah mengerahkan tiga tim pendampingan krisis ke provinsi-provinsi terdampak bencana hidrometeorologi tersebut.
Selain itu, Kemenkes mengaktifkan Klaster Kesehatan dan Health Emergency Operation Center (HEOC) untuk memastikan koordinasi penanganan tetap berlangsung efektif di lapangan.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, menyampaikan bahwa langkah-langkah tersebut dilakukan guna menjaga kelancaran respon kesehatan di daerah terdampak.
Di sektor layanan kesehatan esensial, Kemenkes juga menurunkan tiga Tim Tenaga Cadangan Kesehatan atau Emergency Medical Team (EMT).
“Yang masing-masing EMT PKK Regional Sumatera Barat, EMT PKK Regional Sumatera Utara, serta EMT Dinas Kesehatan Aceh. Di Sumatera Barat, sebanyak 13 titik layanan kesehatan dibuka bersama organisasi profesi, mulai dari layanan kesehatan umum, konsultasi psikologi, hingga pendampingan menyusui bagi ibu dan bayi,” kata Agus Jamaludin dalam keterangannya, Rabu (3/12/2025).
[Redaktur: Ajat Sudrajat]