WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengambil langkah cepat untuk memperkuat respons penanganan bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah.
Untuk memastikan layanan kesehatan tetap berjalan, Kemenkes mengerahkan tiga tim pendampingan krisis ke tiga provinsi terdampak serta mengaktifkan Klaster Kesehatan dan Health Emergency Operation Center (HEOC) sebagai pusat koordinasi kedaruratan.
Baca Juga:
Kemenkes Buka 150 Prodi Spesialis untuk Pemerataan Dokter di 514 Kabupaten/Kota
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, menjelaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk menjaga kelancaran koordinasi antara pusat dan daerah dalam menghadapi situasi darurat.
Di sektor kesehatan esensial, Kemenkes telah menurunkan tiga Tim Tenaga Cadangan Kesehatan atau Emergency Medical Team (EMT) yang bertugas mendukung fasilitas kesehatan di daerah bencana.
“Yang masing-masing EMT PKK Regional Sumatra Barat, EMT PKK Regional Sumatra Utara, serta EMT Dinas Kesehatan Aceh. Di Sumatra Barat, sebanyak 13 titik layanan kesehatan dibuka bersama organisasi profesi, mulai dari layanan kesehatan umum, konsultasi psikologi, hingga pendampingan menyusui bagi ibu dan bayi,” kata Agus Jamaludin dalam keterangannya, Rabu (3/12/2025).
Baca Juga:
Menkes Kerahkan Tim Harapan Kita Investigasi Dugaan Penolakan Pasien di Jayapura
Agus menambahkan, selain EMS lapangan, Kemenkes juga menyiapkan dukungan tenaga medis dari berbagai rumah sakit vertikal. EMT dari RSUP Adam Malik, RSCM, RSUP M Djamil Padang, hingga RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar telah disiagakan untuk memperkuat penanganan korban. Tim tersebut beranggotakan dokter spesialis emergensi, ortopedi, obstetri, serta tenaga perawat terlatih.
“Kami bergerak cepat karena yang kami hadapi adalah keselamatan nyawa. Seluruh potensi kami kerahkan agar layanan kesehatan tetap berjalan tanpa terputus,” ucap Agus.
Ia menegaskan bahwa proses pemantauan dilakukan secara berjenjang dari pusat hingga daerah untuk memastikan kebutuhan lapangan terpenuhi.
“Kami terus memantau situasi di lapangan dari waktu ke waktu dan siap menambah dukungan kapan pun dibutuhkan,” ujarnya.
Sementara itu, tantangan di lapangan masih cukup berat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebelumnya menyampaikan berbagai kendala yang dihadapi tenaga medis saat memberikan layanan kesehatan kepada penyintas.
Mulai dari keterbatasan logistik, sulitnya distribusi bantuan ke wilayah terisolir, hingga minimnya stok obat menjadi masalah yang harus segera ditangani.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, menegaskan bahwa kondisi lapangan membutuhkan respon cepat dan kolaboratif dari banyak pihak.
Selain obat-obatan penting, kebutuhan dasar kesehatan juga masih langka.
“Kami masih menghadapi kekurangan obat-obatan penting untuk anak, terutama untuk ISPA, Diare, penyakit kulit hingga antibiotik. Bahkan alat bantu sederhana seperti sendok obat dan air bersih untuk melarutkan obat pun masih sangat terbatas,” kata Piprim Basarah Yanuarso dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).
Upaya percepatan penanganan kesehatan pun terus didorong agar masyarakat terdampak dapat segera menerima layanan yang memadai, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]