WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa kelancaran distribusi logistik obat-obatan merupakan faktor krusial dalam menjaga keberlangsungan layanan kesehatan di wilayah yang terdampak bencana.
Situasi di lapangan menunjukkan berbagai penyakit mulai muncul di lokasi pengungsian, seperti batuk-pilek, demam, diare, hingga infeksi kulit akibat kondisi lingkungan yang kurang higienis dan kepadatan tempat tinggal sementara.
Baca Juga:
Kemenkes Kerahkan Tim Krisis dan Aktifkan HEOC untuk Tangani Bencana Hidrometeorologi
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia, menyampaikan bahwa kerusakan infrastruktur kesehatan menjadi tantangan besar bagi pelayanan medis di daerah terdampak.
"Daerah-daerah yang terdampak gudang farmasinya hancur, obat dan vaksinnya rusak semua. Terutama untuk penyakit yang kritis dan kronis, contohnya cuci darah, seperti cuci darah harus rutin nggak boleh ditunda, sementara supply ke sana terputus," ujar Lucia dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (6/12/2025).
Untuk mempercepat pemulihan dan memastikan ketersediaan obat-obatan esensial, Kemenkes memutuskan memusatkan pengadaan logistik kesehatan di Medan.
Baca Juga:
Lindungi ASN Perempuan, Pemerintah Mulai Program Vaksin Kanker Serviks Berskala Nasional
Langkah ini dinilai lebih efektif dibandingkan pengiriman dari Jakarta yang memakan waktu lebih lama dan menghadapi hambatan medan.
“Jadi kita pusatkan di Medan pengadaannya, karena kalau dari Jakarta jauh dan berat membawa perbekalan logistik tersebut. Hemodialisis tidak boleh berhenti,” tambah Lucia.
Ia menjelaskan bahwa sejumlah rumah sakit yang terdampak bencana telah berhasil mengevakuasi dan memindahkan pasien cuci darah ke fasilitas kesehatan terdekat yang masih aman beroperasi.
Kemenkes juga memastikan pasokan alat hemodialisis serta peralatan medis pendukung tetap terpenuhi demi menjaga keberlangsungan terapi pasien kronis.
“Alhamdulillah di rumah sakit terdampak pasien bisa ditransfer ke rumah sakit terdekat yang aman, dan kami menyuplai alat hemodialisisnya. Saat ini pelayanan sudah mulai lancar untuk pasien yang rutin menjalani HD,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya memastikan seluruh layanan kesehatan tetap berjalan di seluruh wilayah terdampak bencana, khususnya di Sumatra.
Kemenkes telah membentuk Health Emergency Operation Center (HEOC) sebagai pusat koordinasi krisis kesehatan yang berfungsi mempercepat penanganan darurat di setiap provinsi terdampak.
“Jadi maksud saya bahwa tugas daripada Kementerian Kesehatan adalah memastikan bahwa layanan kesehatan dan support obat-obatan. Karena mereka menjerit, minta tolong dan kami langsung mendata,” kata Benjamin.
Melalui langkah-langkah itu, pemerintah berharap pelayanan kesehatan dapat kembali stabil sekaligus meminimalkan risiko munculnya penyakit baru selama masa tanggap darurat.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]